Teknologi Sebagai Pendekatan Pendidikan
TEKNOLOGI SEBAGAI
PENDEKATAN DALAM PROBLEM PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah matakuliah “TEKNOLOGI DAN
INFORMASI” yang berjudul “TEKNOLOGI SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PROBLEM
PENDIDIKAN” dengan baik.
Terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini baik materi
maupun pikiran. Apabila ada kesalahan dalam penulisan maupun isi dari makalah
ini, penulis mengharapkan saran yang dapat dijadikan acuan untuk perbaikan
makalah ini dari pembaca yang budiman.
semoga
makalah ini dapat bermanfaat sagaimana mestinya. Demikian, wassalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh
Serang, 14 September 2015
penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ..........................................................................i
DAFTAR
ISI …...................................................................................ii
BAB
I PENDAHULUAN …...............................................................1
BAB
II PROBLEMATIKA
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN DAN CARA MENGATASINYA
.................................................................2
A. Fungsi Pembelajaran …………………………………………............2
B. Solusi
Dalam Problem Pendidikan ………………………………......6
BAB III. PENUTUP
…............................................................................9
A. Kesimpulan .......................................................................................9
B. Saran ..................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
............................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN.
Secara
alami, perubahan selalu terjadi dalam setiap sistem akibat pengaruh factor
internal dan factor eksternal. Dalam kajian ilmu social perubahan merupakan
factor yang sangat menonjol dan menjadi ukuran dinamika sistem social itu
sendiri. Melalui perubahan terjadi pergeseran, penambahan, pengurangan,
penggantian, dan pengembangan yang selanjutnya dapat membantu sistem social
yang baru.
Masalah
besar yang dihadapi dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak
diperbincangkan di antaranya rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari
rendahnya rata-rata prestasi belajar, belum meratanya kesempatan memperoleh
pendidikan, kurangnya tenaga ahli dan professional, dan terbatasnya dana,
sarana dan prasarana. Apabila dilihat dari tujuan akhir pendidikan nasional
secara umum adalah peningkatan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya pendidikan dan pembelajaran
yang efisien dan efektif. Banyak faktor yang berpengaruh dalam mencapai tujuan
tersebut. Salah satu diantaranya adalah teknologi yang digunakan dalam
pendidikan dan pembelajaran.
BAB II
PROBLEMATIKA
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN DAN CARA MENGATASINYA
A. Fungsi
pembelajaran
Fungsi pembelajaran bukan hanya fungsi
guru, melainkan juga fungsi pemanfaatan sumber-sumber belajar lain yang
digunakan oleh siswa untuk belajar sendiri. Untuk istilah teknologi
pembelajaran sering digunakan secara bergantian dengan istilah teknologi
pendidikan. Namun pada perkembangannya pada saat ini lebih menunjukkan digunakannya
istilah “teknologi pembelajaran” secara luas oleh kalangan profesi yang
bergerak di bidang tersebut. Konsep teknologi pembelajaran mutakhir dapat
dilihat dalam definisi yang dikeluarkan oleh Association for Educational Communications and
Technology (AECT) “Teknologi Pembelajaran adalah teori dan
praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian proses
dan sumber untuk belajar” Jika
dianalisis komponen definisi Teknologi Pembelajaran menurut AECT 1994 terdiri
dari:
1. Teori
dan praktek;
2. Desain,
pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan evaluasi
3. Proses dan sumber belajar.
Misi utama Teknologi Pembelajaran adalah
membantu, memicu dan memacu, proses belajar, serta memberikan kemudahan atau
fasilitas belajar. Pemberian fasilitas belajar tersebut dilaksanakan dengan
jalan mendesain, mengembangkan, memanfaatkan, mengelola, dan mengevaluasi
proses dan sumber belajar. Namun sangat sulit untuk mengembangkan teknologi
pembelajaran dikarenakan adanya beberapa factor diataranya :
Berdasarkan factor internal :
·
Dana yang tersedia belum mencukupi
untuk melengkapi semua fasilitas yang diperlukan.
·
Perbedaan keterampilan pihak guru
dalam memanfaatkan kemajuan produk teknologi pendidikan. Jika seorang guru
belum memiliki keterampilan dalam menguasai teknologi, maka proses pembelajaran
dengan system teknologi pendidikan tidak akan bisa berjalan dengan lancar.
·
Faktor lain karena kurikulum pendidikan guru
yang belum memasukan ICT (
information Communication Technology) sebagai bagian dalam proses
pembelajaran, tidak mau mengikuti perubahan dan rasa takut terhadap teknologi
informasi.
Berdasarkan factor eksternal:
·
Kondisi daerah atau wilayah. Kondisi
geografis, ekonomis, demografis dan budaya negara kita berbeda-beda atau
bervariasi. Perbedaan tersebut membawa perbedaan seperti keterbatasan dalam
sumber daya manusia, sumber daya non manusia, infrastruktur teknologi
komunikasi, mobilitas tenaga ahli komunikasi.
·
Pasokan tenaga listrik, kurangnya
dana untuk pengembangan teknologi pembelajaran. Budaya masyarakat yang kaya
dengan sumber dana berbeda dengan masyarakat yang kekurangan dana. Di satu
pihak masyarakat yang kaya begitu cepat dapat memanfaatkan kemajuan teknologi
komunikasi, di pihak lain masyarakat yang kurang mampu masih berkutat dengan
teknologi kuno. Kondisi tersebut menjadi tantangan untuk mencari strategi yang
setepat-tepatnya untuk menerapkan Teknologi Pembelajaran.
Menurut Suyanto (2006: 15-16) era globalisasi
pada saat ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pola pembelajaran
yang mampu memberdayakan para peserta didik. Tuntutan global telah mengubah
paradigma pembelajaran dari paradigma pembelajaran lama ke paradigma pembelajaran
baru. Suyanto menggambarkan paradigma pembelajaran sebagai berpusat pada guru,
menggunakan media tunggal, berlangsung secara terisolasi, interaksi guru-murid
berupa pemberian informasi dan pengajaran berbasis factual atau pengetahuan.
Paulo Freire (2002: 51-52) menyebut strategi pembelajaran tradisional ini sebagai strategi pelajaran dalam “gaya bank” (banking concept). Di pihak lain strategi pembelajaran baru digambarkan oleh Suyanto sebagai berikut: berpusat pada murid, menggunakan banyak media, berlangsung dalam bentuk kerja sama atau secara kolaboratif, interaksi guru-murid berupa pertukaran informasi dan menekankan pada pemikiran kritis serta pembuatan keputusan yang didukung dengan informasi yang kaya. Model pembelajaran baru ini disebut oleh Paulo Freire (2000: 61) sebagai strategi pembelajaran “hadap masalah” (problem posing).
Paulo Freire (2002: 51-52) menyebut strategi pembelajaran tradisional ini sebagai strategi pelajaran dalam “gaya bank” (banking concept). Di pihak lain strategi pembelajaran baru digambarkan oleh Suyanto sebagai berikut: berpusat pada murid, menggunakan banyak media, berlangsung dalam bentuk kerja sama atau secara kolaboratif, interaksi guru-murid berupa pertukaran informasi dan menekankan pada pemikiran kritis serta pembuatan keputusan yang didukung dengan informasi yang kaya. Model pembelajaran baru ini disebut oleh Paulo Freire (2000: 61) sebagai strategi pembelajaran “hadap masalah” (problem posing).
Selain itu park dalam jonassen (1996:
666) mengungkapkan bahwa pendidikan yang menggunakan paradigma lama
dilaksanakan berdasarkan asumsi-asumsi berikut ini : a). Pendidik mentrasfer
pembelajaran secara mudah dengan mempelajari konsep abstrak dan adakalanya konsep yang disampaikan tidak
berhubungan dengan konteksnya. b). Murid merupakan penerima pengetahuan. c).
Peserta didik dalam keadaan kosong yang siap diisi dengan pengetahuan.dengan
berpegang pada asumsi bahwa murid sebagai pihak penerima pengetahuan, maka guru
memberi pengetahuan sebanya banyaknya dan hanya bersumber dari sumber-sumber
yang diajarkan oleh guru. Seringkali siswa hanya merangkum pelajaran yang di
fotocopy atau mencatat apa yg di tulis di papan tulis.
Bergesernya ke arah paradigma baru dalam
pendidikan diperoleh beberapa asumsi yang berkembang dalam konsep dan praksis
pendidikan : a). Pendidik akan mengalami kesulitan mentrasfer bahan ajar
manakala kurang memperhatikan karateristik siswa, bahan ajar, dan faktor-faktor
yang berkaitan dalam proses pembelajaran. b). Siswa menjadi fokus utama dalam
pendidikan dan berfungsi sebagai konstruktor pengetahuan yang aktif
Meskipun dalam aspirasinya, sebagaimana
dikemukakan di atas, saat ini terdapat tuntutan pergeseran paradigma pembelajaran
lama ke arah model baru, namun kenyataannya menunjukkan praktek pembelajaran
lebih banyak menerapkan strategi pembelajaran tradisional dari pembelajaran
baru (Idrus, 1997: 79). Hal ini agaknya berkaitan erat dengan rendahnya
professionalisme guru.
B. Solusi
Dalam Problem Pendidikan
Ada
pendapat yang menyatakan bahwa guru, sebagaimana siswa, hanya mau mempelajari
keterampilan baru apabila ada tuntutan kebutuhan untuk itu. Mereka tidak mau
mengikuti inovasi teknologi bila teknologi tersebut tidak sesuai dengan masalah-masalah
yang dihadapi dalam rangka melaksanakan tugas mereka, sedikitnya paket
pembelajaran yang ada di pasaran yang sesuai dengan kebutuhan setempat, dan
keterbatasan sumber dana untuk pengembangan dan pemanfaatan produk teknologi
pendidikan. Supaya Teknologi Pembelajaran dapat bermanfaat secara optimal dalam
meningkatkan kualitas dan produktivitas pembelajaran, perlu diterapkan strategi
sesuai konsep dan prinsip Teknologi Pembelajaran.
Ø Ada
4 langkah yang terperinci meliputi :
1. desain,
2. pengembangan,
3. pemanfaatan,
4. pengelolaan,
5. evaluasi.
Hal
ini untuk pengembangan yang dikembangkan adalah pengembangan kurikulum dan
pengembangan sumber daya manusia (SDM). Untuk mengetahui keberhasilan atau
kegagalan penerapan strategi pemecahan masalah-masalah dalam penerapan konsep
Teknologi Pembelajaran perlu disiapkan rencana evaluasi dan monitoring. Hasil
dari evaluasi digunakan untuk memberikan tindak lanjut berupa perbaikan jika
terjadi kegagalan, dan penyebarluasan jika hasilnya sesuai dengan yang
diharapkan.
pengajaran yang efektif
menitikberatkan pada pembuatan
aktivitas belajar siswa semaksimal
mungkin. Guru harus selalu berusaha
menfasilitasi atau menciptakan kondisi yang kondusif agar siswa dapat belajar
secara aktif atas kesadaran dan kemauannya sendiri. Untuk menunjang proses pembelajaran yang efektif maka teknologi
pendidikan sangat diperlukan karena dalam prakteknya teknologi pendidikan
mempunyai peranan yang besar dalam dunia pembelajaran modern, maka dalam pembelajaran yang baik dalam konteks teknologi
pendidikan, media atau alat pembelajaran memiliki nilai manfaat bagi guru
maupun murid karena cukup efektif dan efisien dalam upaya pencapaian kompetensi
yang diharapkan. Media atau alat-alat pembelajaran
tersebut seperti radio, televisi, laptop, internet, LCD dan lainnya baik yang
bersifat sederhana maupun modern sangat membantu keefektifan proses
pembelajaran.
Dalam proses / konsep teknologi
pendidikan, tugas media atau alat bukan hanya sekedar mengkomunikasikan
hubungan antara sumber (pengajar) dan sipenerima (si anak didik), namun lebih
dari itu merupakan bagian yang menyeluruh
dan saling mempunyai keterkaitan antara komponen yang satu dengan yang lainnya,
saling berinteraksi dan saling mempengaruhi.
Dari uraian diatas presiden memaparkan beberapa langkah
yang akan dilakukan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia, antara lain yaitu:
1) Langkah pertama, yang akan dilakukan pemerintah, yakni
meningkatkan akses terhadap masyarakat untuk bisa menikmati pendidikan di Indonesia.
Tolak ukurnya dari angka partisipasi.
2) Langkah kedua,
menghilangkan ketidakmerataan dalam akses pendidikan, seperti ketidakmerataan
di desa dan kota, serta jender.
3) Langkah ketiga,
meningkatkan mutu pendidikan dengan meningkatkan kualifikasi guru dan dosen,
serta meningkatkan nilai rata-rata kelulusan dalam ujian nasional.
4) Langkah
keempat, pemerintah akan menambah jumlah jenis pendidikan di bidang kompetensi
atau profesi sekolah kejuruan. Untuk menyiapkan tenaga siap pakai yang
dibutuhkan.
5) Langkah kelima,
pemerintah berencana membangun infrastruktur seperti menambah jumlah komputer
dan perpustakaan di sekolah-sekolah.
6) Langkah keenam,
pemerintah juga meningkatkan anggaran pendidikan. Untuk tahun ini dianggarkan
Rp 44 triliun.
7) Langkah
ketujuh, adalah penggunaan teknologi informasi dalam aplikasi pendidikan.
8) Langkah
terakhir, pembiayaan bagi masyarakat miskin untuk bisa menikmati fasilitas
penddikan.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Agar
dapat memanfaatkan keunggulan yang dimiliki Teknologi Pembelajaran, perlu
diterapkan secara tersusun strategi pemecahan masalah yang berkenaan dengan
materi pelajaran atau kurikulum, personalia (guru, siswa, tenaga kependidikan),
pengelolaan, organisasi, dan lingkungan. Serta dalam penerapannya perlu
diselaraskan dengan misi, fungsi, konsep dan prinsip Teknologi Pembelajaran
yang meliputi desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan evaluasi
terhadap proses dan sumber untuk belajar.
Teknologi pendidikan sebagai sebuah
pendekatan dalam problem pendidikan memiliki arti bahwasanya teknologi sangat
berperan dalam memecahkan permasalahan-permasalahan pendidikan seperti
fundamen, kompetensi guru, anggaran dan sarana pendidikan melalui berbagai
proses dan pengaplikasiannya.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini, diharapkan
kepada para pendidik maupun calon pendidik dapat memahami posisi teknologi
sebagai sebuah pendekatan dalam problem pendidikan serta menggunakannya dalam
proses pendidikan itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
·
Prof.Dr.ishak abdulhak, M.pd dan Dr.
Deni darmawan, S.pd., M.Si (2013). teknologi pendidikan . PT REMAJA ROSDAKARYA
Komentar
Posting Komentar