Talcot Parson

NAMA           : Mochamad hamzah mawalidi
NIM                : 2290150033
FAK/ JUR     : FKIP/ PENDIDIKAN SOSIOLOGI
MK                 : TEORI SOSIOLOGI MODERN

Talcott Parsons
Selayang Pandang Tentang Parsons
Parsons lahir pada tahun 1902 di Colorado Spring, Colorado. Ia berasal dari keluarga yang religious dan intelektual. Ayahnya seorang pendeta, professor dan akhirnya menjadi rector sebuah perguruan tinggi kecil.[1] Pemikiran parsons sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarganya akantetatapi selain itu juga parsons juga sangat banyak dipengaruhi oleh pemikiran Max Weber meskipun ia sudah meninggal 5 tahun sebelum kedatangan Parsons, karena ketika ia pindah dari London ke Jerman Heidelberg ia sangat sering berdiskusi dengan jandanya Weber yang sering mengadakan diskusi ilmiah di rumahnya.[2]
Talcott Parsons mendominasi sosiologi di Amerika pada paruh kedua abad kedua puluh. Belajar di eropa pada 1920-an, dia dipenaruhi lebih kuat oleh Durkheim dan Weber bukan oleh pendahulunya di Amerika.[3] Parsons merupakan tokoh sosiologi modern yang terkenal dengan arah pemikiranya yang sangat sistematis, sosiologi biasa menyebutnya structural fungsional. Bahasan tentang fungsionalisme Parsons ini akan dimulai dengan empat fungsi penting untuk semua sistem “tindakan” terkenal dengan skema AGIL. Parsons yakin bahwa ada empat fungsi penting diperlukan semua sistem; adaptation (A), Goal Attaiment (G), integration (I), dan atency (L) atau pemeliharaan pola.[4]
Parsons membahas terkait kebudaaan, norma, dan lembaga yang juga sering dibahas oleh tokoh besar sosiologi yaitu Durkheim dan Weber. Parsons memandang bahwasannya kebudayaan merupakan landasan dari lembaga sosial yang mengatur tindakan secara konkret (Scott, 2012: 168. Weber memandang lembaga merupakan suatu sistem yang dipandang sebagai suatu simbol untuk mengarahkan masyarakat agar teratur dalam pola kehidupannya, dan juga Durkheim membahas terkait norma-norma kebudayaan sosial dari masyarakat yang bersolidaritas mekanik hingga organik.
AGIL
Parsons dikatakan sangat terpengaruh oleh kedua tokoh tersebut karena memang kecondongan dia yang lebih terarahkan terhadap nilia-nilai sosial serta tindakanya. Prsons membuat suatu sekema yang amat cukup menarik perhatian para sosiolog penganut structural fungsional yakni teori AGIL; [5]
1.      Adaptation (adaptasi) : sebuah sistem harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya.
2.      Goal attainment (Pencapaian Tujuan) : sebuah sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuannya.
3.      Integration (Integrasi): sebuah sistem harus mengatur antar hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus mengelola antarhubungan ketiga fungsi penting lainnya ( A,G,L).
4.      Latency (pemelihara pola) : sebuah sistem harus memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi.
AGIL Parsons amatlah focus terhadap hubungan antara masyarakat dengan struktur sosial lingkungannya. Bukan hanya dari lembaga-lembaga formal melainkan norma dan nilai-nilai yang tumbuh berkembang di masyarakat juga menjadi perhatian AGIL Parsons ini. Bagi parsons, tindakan individu bersifat sukarela, ketika individu mampu memilih tindakan mereka. Akan tetapi, pilihan-pilihan yang mereka buat bukan sekedar tindakan-tindakan dari kehendak bebas yang tak terkengkang, tetapi dibatasi oleh pemaknaan kebudayaan.[6] Weber membahas hal tersebut dengan istilah lain yakni kerangkeng besi sedangkan Durkheim memandang bahwasannya semakin kita menentang struktur (Lembaga), norma, dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat maka akan semakin nampak sangsi sosialnya terhadap penentang tersebut.
Adanya adaptasi yang dikatakan oleh parsons merupakan suatu bentuk keresahan parsons terhadap situasi dan kondisis sosial apabila sistem tidak mampu menyesuaikan dirinya terhadap lingkungannya. Keresahan ini muncul karena secara ontologis masyarakat merupakan suatu kelompok sosial yang multicultural dan masyarakat amatlah sulit untuk disatukan dalam suatu kbudayaan yang berbeda dengan lingkungannya.
Pencapaian yang diharapkan oleh skema Parsons ini ialah stabilitas tatanan masyarakat yang kondusif guna untuk menghindari konflik-konflik sosial. Karena menurut parsons, lembaga kemasyarakat merupakan suatu bentuk sistem yang amat efektif dalam menyelesaikan konflik-konflik sosial dimasyarakat. Hal tersebut demikian karena para penganut structural fungsional memandang adanya konflik sosial sebagai penyakit atau Patologis.
Integrasi merupakan suatu bentuk upaya sistem agar dapat menyatuakan serta memberiakan stabilitas dalam sistem hingga dapat berjalan secara optimal. Hal ini dibutuhkan karena perlunya peng-evaluasian sistem-sistem yang memang sudah tidak selaras dengan kehidupan sosial di masyarakat. Integrasi juga merupakan suatu symbol structural fungsional yang sering menggunakan analogi organ tubuh manusia. Layaknya organ tubuh manusia apabila buntung maka sudah tidak lengkap dan cacatlah oragan tersebut, bagitupun dengan system yang dimaksudkan oleh parsons tersebut.
Latensi atau memelihara pola merupakan sesuatu yang harus diperhatikan dalam sistem, penganut alairan structural fungsional biasanya lebih menekankan terhadap kenyamanan serta keefektifan sistem tersebut untuk mampu di internalisir ke masyarakat. Hal ini perlu diperhatikan karena memang pentingnya memelihara pola dalam sistem adalah suatu bentuk upaya sebagai penstabilan sistem yang berjalan di masyarakat, maka apabila sistem itu sudah mampu diinternalisir oleh masyarakat, menurut parsons latensi harus diterapkan agar stabilitas masyarakat tetap selalu terjaga dengan baik.
















SUMBER
Ritzer, George, 2012. Teori Sosiologi Modern Edisi Keenam. Jakarta : Kencana
Scott, Jhon, 2012. Teori Sosial Masalah-masalah Pokok Dalam Sosiologi. Yogyakarta : Putaka
            Pelajar.


[1] Ritzer dan Douglas, Teori Sosiologi Modern edisi keenam, Jakarta : Kencana. Hlm 128.
[2] Op.Cit. Hlm 128.
[3] John Scott, Teori Sosial, Yogyakarta : Pustaka Pelajar 2012. Hlm 166.
[4] Ibid. Hlm 121.
[5] Op.Cit.,
[6] Ibid,Hlm 167

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teknologi Sebagai Pendekatan Pendidikan

BUDAYA DI BANTEN

Observasi banten lama