Seni Wayang



MAKALAH
MAKNA SENI WAYANG
Diajukan untuk memenuhi Salah satu tugas mata kuliah Antropologi
Dosen:  Musahwi S.Sos.M.Sosio


Disusun Oleh:
Mochamad Hamzah Mawalidi
2290150033

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN SOSIOLOGI
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2016
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa atas segala Rahmat,Sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang mungkin sangat sederhana.Makalah ini berisikan tentang Seni dan Makna Seni sebagainya.
Makalah ini sebagai tugas mata kuliah Antropologi untuk memperbaiki nilai,Semoga makalah yang saya buat ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,petunjuk,atau pedoman dan juga berguna untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karna pengalaman yang saya miliki sangat kurang.Oleh karna itu saya harapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.






Serang,November 2016
Adila Amorartha


i
 
DAFTAR ISI

Kata  Pengantar ……………………………………...……………………. i
Daftar  Isi……………………………………………………………...…… ii
 BAB.I.PENDAHULUAN…………………………………………...…….           1
A.Latar Belakang.......................................................................................... 1
B.Rumusan Masalah...................................................................................... 1
C.Tujuan Penulis............................................................................................ 2
D.Manfaat Penulisan.................................................................................... . 2
BAB.II.PEMBAHASAN............................................................................. 3
A.Pengertian Wayang.................................................................................... 3
B.Sejarah Wayang.......................................................................................... 3
C.Perkembangan Wayang Hingga Sekarang................................................. 5
D.Karakter dan jati diri................................................................................ ..  7
E.Makna seni wayang....................................................................................   9
BAB.III.PENUTUP..................................................................................... 10
A.Kesimpulan................................................................................................ 10
B.Saran......................................................................................................... .  10
Daftar pustaka...............................................................................................   11

ii
 
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu merupakan sinonim dari ilmu. Dewasa ini, seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari kreativitas manusia. Seni juga dapat diartikan dengan sesuatu yang diciptakan manusia yang mengandung unsur keindahan.
Seni sangat sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai. Bahwa masing-masing individu harus memilih sendiri peraturan dan parameter yang menuntunnya atau kerjanya, masih bisa dikatakan bahwa seni adalah proses dan produk dari memilih medium, dan suatu set peraturan untuk penggunaan medium itu.
Seni adalah segala sesuatu yang diciptakan manusia yang mengandung unsur keindahan dan mampu membangkitkan perasaan orang lain.Istilah seni dari sansekerta dan kata sani yang diartikan pemujaan persembahan dan pelayanan yang erat dengan upacara keagamaan yang disebut kesenian.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian wayang?
2. Bagaimana sejarah wayang dalam kesenian?
3. Bagaimana perkembangan wayang dari zaman dahulu hingga    
sekarang?
4 .Apa makna yang terkandung dalam seni wayang?


C.  Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin di capai oleh penulis dalam pembuatan makalah ini adalah :
a.    Ingin mengetahui sejarah umum wayang
b.    Ingin mengetahui karakter dan jati diri wayang
c.    Ingin mengetahui perkembangan wayang

D. Manfaat Penulisan
Manfat yang didapat dari makalah ini adalah agar kita mengetahui makna apa saja yang terkandung dalam seni wayang serta memahami manfaat seni wayang bagi seniman.












BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Wayang
Seni adalah pertunjukkan asli Indonesia yang berkembang pesat di Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan ini juga populer di beberapa daerah seperti Sumatera dan Semenanjung Malaya juga memiliki beberapa budaya wayang yang terpengaruh oleh kebudayaan Jawa dan Hindu.

B.Sejarah Wayang
  Menurut sejarahnya,pada awal mula dipergelarkan,wayang digunakan untuk memuja para ruh leluhur.setelah zaman kerajaan kadiri dan singasari,terutama pada zaman sri airlangga dan jayabaya,ketika kebudayaan hindu dari india tersebar dalam kehidupan manusia jawa,munculah cerita mahabharata dan ramayana.kemudian,setelah zaman islam dengan ditandai runtuhnya kerajaan besar majapahit,wayang berubah fungsi sebagai media dakwah oleh para wali penyebar agama islam.menurut perkembangan sejarahnya keberadaan wayang kulit purba muncul bersamaan dengan penyebaran agama islam ditanah jawa.wayang kulit purwa menurut bentuknya seperti sekarang ini telah dimulai dari kerajaan demak.dalam menyampaikan dakwah islam,raden patah yang menjadi raja jawa yang berkuasa tahun 1478-1518,menggunakan media wayang yang semakin digemari masyarakat jawa.
Awal mula bentuk wayang kulit purwa yang pertama kali adalah pada masa raja jayabaya dikerajaan kadiri pada tahun 1135 masehi.saat itu raja jayabaya ingin menggambarkan bentuk para leluhurnya dengan lukisan didaun lontar.
Perkembangan selanjutnya pada zaman raja brawijaya yang memerintah kerajaan majapahit pada tahun 1379M,dimana wayang purwa telah dilukis berbagai warna dengan rapi lengkap dengan pakaian yang kemudian disebut sebagai wayang sunggingan.berlanjut ketika raden patah didemak memerintah jawa ditahun 1515M,wayang purwa disempurnakan lebih baik lagi dan disebarkan disegenap lapisan masyarakat luas sebagai bagian dari kepentingan penyebaran agama islam.
Pagelaran wayang tersebut pada mulanya sangat disakralkan sebagai upacara keagamaan untuk menghormati para dewa dan arwah para leluhur kerajaan penonton yang sangat terbatas hanya kalangan istana kita,kemudian cerita wayang digambarkan dalam relief-relief candi pemujaan dan dalam bentuk wayang beber yang terdapat dalam satu kulit binatang yang menceritakan satu adegan cerita.ketika kejayaan kerajaan majapahit mengalami keruntuhan dan digantikan dengan jaman islam,par wali justru menggunakan wayang purwa sebagai media dakwah.
Para wali berlomba-lomba dalam kreativitas membuat cerita dan lakon-lakon baru yang sesuai dengan falsafah ajaran islam,alat-alat gamelan  baru sebagai pengiring pergelaran wayang,dan hiasan-hiasan lainnya agar pertunjukan menjadi semakin menarik perhatian masyarakat sehingga berangsur-angsur akan menerima ajaran islam sebagai agama baru bagi mereka.
Perubahan-perubahan dan penyempurnaan bentuk wayang kulit purwa agar sesuai dengan ajaran islam berlangsung dari tahun 1520.Wayang dibuat lebih pipih dalam bentuk miring sehingga tidak menyerupai wayang yang telah ada pada zaman hindu maupun yang terdapat pada relief candi.bahan wayang terbuat dari kulit kerbau yang dihaluskan dan ditatah sedemikian rupa indah dan diberi gapit di tengahnya sebagai pegangan sang dalang dan menancapkannya di kayu yang telah diberi lubang maupun pada pelepah batang pohon pisang.tangan masih bersatu dalam tubuh wayang dan pola gambarnya masih diambil dari wayang beber zaman majapahit.
Bentuk wayang kulit purwa kemudian lebih disempurnakan lagi  dan ditambah jumlah tokoh-tokohnya.sunan giri menciptakan gunungan(kayon)sebagai pembuka cerita,perubahan adegan cerita,dan penutup cerita wayang.pada zaman kerajaan pajang ketika sultan hadiwijaya bertahta,wayang dibuat dari berbagai jenis binatang.tokoh raja diberi mahkota,satria diberi pakaian lebih bagus dan diberi gelungan rambut.terjadi juga penambahan senjata.
Hingga pada tahun 1680,pada masa mataram diperintah oleh amangkurat,telah terjadi penambahan lagi dengan munculnya para punakwan yang menemani semar,yaitu Gareng,Petruk,dan Bagong.para dewa memakai selendang dan membawa keris disamping perutnya,berbaju dan bersepatu.hingga pada masa mataram dipimpin oleh mangkunegara (1850-1860),wayang telah diakui sebagai milik masyarakat jawa dan telah menyebar keseluruh tanah jawa.
C.Perkembangan Wayang hingga sekarang
Seperti yang telah disebut dalam awal tulisan,lakon atau cerita wayang yang ditampilkan dalam pergelaran wayang kulit purwa diambil dari buku induk epos mahabrata dan ramayana dari negri india ketika agama hindu mulai menyebar ditanah jawa.kedua epos tersebut kemudian ditulis dalam bahasa sansekerta pada abad X.kitab ramayana disalin pada zaman sri darmawangsa teguh.perkembangan selanjutnya adalah mulai dibuatnya kakawin yang bersumber dari buku induk tersebut menjadi cerita-cerita pendek fragmentasi atau penggalan pokok-pokok cerita dalam peristiwa tertentu saja.
Cerita-cerita mahabrata india tersebut oleh para pujangga jawa,misalnya empu kanwa dan panuluh digubah kembali.babad wanamarta telah digubah sebagai menjadi arjuna wiwaba sebagai kisah-kisah dari perkawinan erlangga.kitabnya dinamakan kitab sastra.perang Bharatayuda menjadi kiasan perang antara jayabaya melawan hemabupati sebagai kitab magi sastra,yang berisi ruwatan.
Pada dasarnya,pakem standar cerita wayang purwa dari buku panduan pedalangan tersebut diatas memuat empat siklus utama,yaitu cerita dewa-dewa dalam kisah lakon purwa carita,siklus arjuna sasrabahu,dalam kisah lokapala,siklus ramayana dalam kisah rama,dan siklus mahabrata dalam lakon pandawa hingga perang Bharatayuda.seperti tersebut sebelumnya,dalam dunia pendalangan dikenal istilah lakon baku,lakon sempalan dan lakon carangan.
Lakon baku adalah lakon yang ceritanya langsung diambil dari serat pustaka raja purwa.lakon sempalan adalah fragmentasi bagian tertentu yang diambil dari adegan lakon baku yang dikembangkan dengan tambahan kreativitas sang dalang,sedangkan  lakon  carangan benar-benar merupakan hasil olah kreativitas sang dalang menciptakan lakon-lakon baru dan tambahan tokoh-tokoh beserta kisah-kisah yang berbeda.
Menurut jenisnya,lakon wayang sendiri dapat digolongkan menjadi beberapa kriteria pergelaran yang akan menuntun para permisanya lebih memahami cerita wayang yang akan disajikan oleh dalang,sebagai berikut:
Lakon Raben yaitu cerita yang mengisahkan suatu kejadian yang berhubungan dengan lika liku hubungan antara satria dan putri-putri raja atau bidadari hingga mengarah dalam kisah perkawinan.
Lakon Lahir yaitu cerita tentang kejadian yang berhubungan dengan lika-liku kehidupan seorang satria.
Lakon Kraman yaitu cerita yang mengisahkan kejadian antar tokoh utama cerita dalam sebuah konflik kekuasaan yang mengarah pada pembrontakan dan perebutan kekuasaan sebuah kerajaan.
Lakon Wahyu yaitu cerita yang mengisahkan liku-liku perjalanan tokoh satria yang baik dalam menerima anugerah berupa wahyu dari dewa.
Lakon Mistik yaitu cerita yang mengisahkan perjalanan satria dalam mencari hakikat hidup atau ilmu luhur yang mengandung ajaran nilai-nilai falsafah hidup.
Lakon Tragedi yaitu cerita yang mengisahkan peperangan besar keluarga bharata,antara pandawa dan kurawa yang berlangsung dalam bharatayuda dimana satu persatu tokoh-tokoh utama berguguran.
Lakon Ruwat yaitu cerita yang mengisahkan berhubungan dengan hal-hal menolak bala agar terhindar dari bencana bagi orang-orang maupun masyarakat tertentu
Lakon Jumenengan yaitu cerita yang mengisahkan liku-liku perjalanan seorang satria yang hendak dinobatkan menjadi seorang raja.
Isi cerita yang disampaikan oleh dalang sangatlah penting artinya karena akan memberikan pengalaman jiwa yang mendalam.pesan-pesan tersebut menyangkut nilai-nilai
religius,moral,kemanusiaan,keadilan,kesetiaan,kesetiakawanan sosial,dan patriotisme.artinya,para dalang mampu menjawab tuntutan perkembangan zaman beserta kebutuhan masyarakatnya dengan menyajikan karya-karya yang lebih berkembang dan variatif dengan tetap bepegang pada konsep etika dan estetika.dengan demikian,sajian wayang kulit purwa berperan pula dalam membangun bangsa lewat pesan-pesan yang bernilai luhur sehingga mampu meningkatkan harkat dan martabat kemanusiaan.
D.Karakter dan Jati Diri
 Menurut pendapat Prof.Dr.Poerbacaraka,wayang tidak hanya pertunjukan lahiriah,tetapi lebih bersifat ruhaniah.
Wayang tidak hanya mengatur,memberi teladan,contoh lambang daripada hubungan manusia secara horizontal,tetapi juga memberikan teladan tentang hubungan vertikal antara manusia dan penciptanya sebagai sumber adanya.oleh karna itu,wayang tidak lain dan tidak bukan merupakan bahasa simbol atau insklopedia dari kehidupan dan hidup sendiri.sekarang ini,orang sudah tidak memperhatikan ketajaman intuisinya,yang dikehendaki hanya yang konkret dan rasional.
Pendek kata,orang yang melihat pertunjukan wayang kulit  ingin mendapatkan kenikmatan keindahan dan keserasian dari isi pertunjukan tersebut.sebab,wayang adalah pergelaran hidup dan kehidupan atau telah menjadi filsafat hidup bagi para pendukungnya.
Mereka melihat wayang seolah-olah sedang menyaksikan dirinya sendiri dengan dipaut-pautkan pada karakter tokoh tertentu yang disukainya.ibarat melihat sebuah cermin ,sudah tau bentuknya sendiri,namun setiap kali orang berdiri dimuka cermin bukan hanya untuk berhias dan bersolek mencari kepantasan,tapi juga memperhatikan segala suatu yang ada pada dirinya sendiri,padahal dirinya juga tetap begitu-begitu saja.
Manusia hidup terdiri dari jasmani dan ruhani serta dilengkapi dengan lima nafsu yaitu amarah,sufiah,aluwamah,mulhimah,dan mutmainah.cairan yang mengalir pada tubuh manusia itu terdiri dari lima macam warna yaitu darah merah,kuning,hitam,hijau,dan putih.idealnya,jumlah nafsu-nafsu seimbang.sebab,jika terlalu banyak mengalir darah merahnya,maka manusia itu akan menjadi insan yang pemarah,serakah,rakus dan tak pernah puas akan keadaan dirinya.begitu pula jika terlalu banyak darah putih yang mengalir justru bisa menjadi manusia yang sok suci yang perbuatannya menjadi lebih fatal karna selalu merasa paling benar dan akibatnya bisa menimbulkan perpecahan antargolongan jika ia memiliki pengikut.
 Nilai-nilai dalam pertunjukan wayang kulit mengandung kaidah-kaidah bangunan lakon atau struktur cerita,sehingga nilai yang digarap dalam pertunjukan adalah nilai kehidupan manusia,khususnya pandangan hidup orang jawa.konsep isi cerita mempunyai rasa atau penghayatan yang mencakup makna cerita,watak,atau karakter,masing-masing tokoh cerita.isi atau keinginan dari kepentingan kehendak atau tujuan cerita tersebut disampaikan dengan cara yang mampu merangsang dan mengunggah perhatian penonton.cara penyajian tersebut memotivasi timbulnya pengalaman estetika.
Isi cerita yang disampaikan oleh para dalang sangatlah penting artinya karena akan memberikan pengalaman jiwa yang mendalam.pesan-pesan tersebut menyangkut nilai-nilai
religius,moral,kemanusiaan,keadilan,kesetiaan,kesetia kawanan sosial, dan patriotisme.artinya,para dalang mampu menjawab tuntutan perkembangan zaman beserta kebutuhan masyarakatnya dengan menyajikan karya-karya yang lebih berkembang dan variatif dengan tetap berpegang pada konsep etika dan estetika.dengan
demikian,sajian wayang kulit purwa berpegang pula dalam
membangun bangsa lewat pesan-pesan yang bernilai luhur sehingga mampu meningkatkan harkat dan martabat kemanusiaan.
E.Makna Seni Wayang
Secara terminology pesan spiritual pada symbol pewayangan
dimaknai sebagai nilai luhur yang utuh dan harus disampaikan secara terus menerus. dalam pertunjukkan seni budaya pewayangan baik wayang kulit ataupun wayang golek pada khususnya, didalamnya terdapat makna dan pesan spiritual yang dijelaskan melalui simbol - simbol pewayangan baik yang ada dibentuk wayang tersebut secara khusus maupun yang ada diunsur panggung pementasan pada umumnya. karena bentuk dan unsur panggung yang ada pada umumnya bermakna gambaran secara keseluruhan tentang keadaan alam dunia dan alam kherat (alam goib) dan yang ada didalamnya.Symbol sendiri digunakan karena didalamnya terkandung nilai luhur spiritual yang tidak bisa dijelaskan dengan kata – kata.








BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Wayang merupakan mahakarya kebudayaan tradisi Indonesia tidak hanya mengandung nilai estetika semata, tetapi meliputi keseluruhan nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu disosialisasikan oleh para seniman dan seniwati pedalangan yang mengembangkan kode etik pedalangan. Kode etik pedalangan tersebut dinamakan “sapta sila kehormatan seniman seniwati pedalangan Jawa Barat”. Rumusan kode etik pedalangan tersebut merupakan hasil musyawarah para seniman seniwati pedalangan pada tanggal 28 Ferbuari 1964 di Bandung.

B.Saran
Sebagai seorang mahasiswa,kita diharuskan untuk mempelajari seni dengan lebih mendalam lagi agar kita dapat mengapresiasi menikmati sekaligus lebih mencintai seni umumnya seni budaya negri kita sendiri.







DAFTAR PUSTAKA

Ardian Kresna, 2012.Mengenal Wayang, Jogjakarta: Banguntapan Bendung Layung Kuning,2011.Atlas Tokoh-Tokoh Wayang.Yogyakarta:Samberan
Nursodik Gunarjo,2011.Wayang  Sebagai Media Komunikasi Tradisional Dalam Diseminasi Informasi.
Herjaka H.S,2005.Pandu Dewantara S’Sin.Yogyakarta
Ardian Kresna,2009,Arjuna Sang Pembunuh.Yogyakarta














Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teknologi Sebagai Pendekatan Pendidikan

BUDAYA DI BANTEN

Observasi banten lama