BUDAYA DI BANTEN



KEBUDAYAAN LOKAL ( BANTEN )

A.                      Pengertian Kebudayaan
Istilah ”culture” (kebudayaan) berasal dari bahasa Latin yakni ”cultura” dari kata dasar ”coler” yang berarti ”berkembang tumbuh”. Secara umum pengertian ”kebudayaan” mengacu kepada kumpulan pengetahuan yang secara sosial yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Makna ini kontras dengan pengertian ”kebudayaan” sehari-hari yang hanya merujuk kepada bagian-bagian tertentu warisan sosial, yakni tradisi sopan santun dan kesenian (D’Andrade, 2000: 1999).
Berikut ini merupakan beberapa pengertian kebudayaan menurut para ahli:
  1. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi mengatakan bahwa kebudayaan merupakan semua hasil karya, rasa, dan cipta manusia.
  2. Koentjaraningrat berpendapat bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dimiliki manusia dengan belajar.
B.     Budaya Lokal
Budaya lokal merupakan suatu kebiasaan dan adat istiadat daerah tertentu yang lahir secara alamiah, berkembang, dan sudah menjadi kebiasaan yang susah diubah. Budaya masyarakat yang tinggal di daerah pedalaman (pedesaan) yang tinggal di daerah pantai tentu berbeda. Budaya lokal masyarakat pedalaman (pedesaan) terlihat tenang dengan karakteristik
masyarakatnya yang cenderung tertutup. Sedangkan budaya lokal masyarakat yang tinggal di daerah pantai terlihat keras dengan karakteristik masyarakatnya yang relatif lebih terbuka. Budaya lokal dalam pengertian tersebut terkait langsung dengan daerah. Seiring perkembangan jaman dan sistem sosial budaya, dewasa ini budaya lokal dimaknai sebagai pengetahuan bersama yang dimiliki sejumlah orang. Budaya lokal meliputi berbagai kebiasaan dan nilai bersama yang dianut masyarakat tertentu. Pengertian budaya lokal sering dihubungkan dengan kebudayaan suku bangsa. Konsep suku bangsa sendiri sering dipersamakan dengan konsep kelompok etnik. Menurut Fredrik Barth sebagaimana dikutip oleh Parsudi Suparlan, suku bangsa hendaknya dilihat sebagai golongan yang khusus. Kekhususan suku bangsa diperoleh secara turun temurun dan melalui interaksi antar budaya. Budaya lokal atau dalam hal ini budaya suku bangsa menjadi identitas pribadi ataupun kelompok masyarakat pendukungnya. Ciri-ciri yang telah menjadi identitas itu melekat seumur hidup seiring kehidupannya.
Budaya Lokal adalah budaya yang yang berkembang di daerah-daerah dan merupakan milik suku-suku bangsa di wilayah nusantara Indonesia. Budaya lokal hidup dan berkembang di masing-masing daerah/suku bangsa yang ada di seluruh Indonesia. Budaya lokal adalah budaya yang tumbuh dan berkembang serta dimiliki dan diakui oleh masyarakat suku bangsa setempat. Budaya lokal biasanya tumbuh dan berkembang dalam suatu masyarakat suku atau daerah tertentu karena warisan turun-temurun yang dilestarikan.

2.2 Unsur-unsur Kebudayaan
Satuan terkecil dalam suatu kebudayaan disebut unsur kebudayaan atau ”trait”.Unsur-unsur kebudayaan tersebut dapat dijabarkan lagi sebagai berikut:
A.Unsur-unsur Kebudayaan
Unsur-unsur kebudayaan merupakan bagian suatu kebudayaan yang dapat digunakan sebagai suatu analisis tertentu. Menurut Kluchklon ada tujuh unsur kebudayaan universal, yaitu:
1.Sistem Religi dan Upacara Keagamaan
Merupakan produk manusia untuk membujuk kekuatan lain yang berada di atasnya, yaitu Yang Maha Besar untuk menuruti kemauan mereka.            
2.Sistem Organisasi Kemasyarakatan
Merupakan usaha manusia untuk menutupi kelemahan individu mereka dan meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
3.Sistem Pengetahuan
Merupakan kemampuan manusia untuk mengetahui, mengingat, kemudian mengolah dan menyampaikannya pada orang lain.
4.Sistem Mata Pencaharian Hidup
Merupakan usaha manusia untuk mencukupi kebutuhan jasmaninya, untuk dapat bertahan hidup.
5.Sistem Teknologi dan Peralatan
Merupakan hasil olah pikir manusia untuk mempermudah dalam mengetahui segala sesuatunya sehingga manusia dapat menciptakan atau menggunakan alat tersebut.
6.Bahasa
Bahasa dan budaya merupakan dua aspek kehidupan manusia yang tidak terpisahkan satu dari yang lain. Bahasa adalah entitas suatu budaya. Dalam bahasa itu terkandung muatan budaya penuturnya, termasuk nilai moral dan etika. Ia sekaligus merupakan sarana mengekspresikan budaya itu sendiri. Ia juga merupakan cerminan budaya pemakainya. Sapir (dalam Blount,1974) menyatakan bahwa kandungan setiap budaya terwujud di dalam bahasanya. Tidak ada materi bahasa, baik isi maupun bentuk yang tidak dirasakan sebagai melambangkan makna yang dikehendaki, tanpa mempedulikan sikap apapun yang ditunjukkan oleh budaya lain. Wittgenstein
(1981) juga dengan tegas menyatakan bahwa dalam bahasa yang kita pergunakan tersirat suatu orientasi hidup atau apa yang disebut weltanshauung. Orientasi hidup ini bukan saja mencakup konsep-konsep yang kita anut mengenai alam sekitar kita, tetapi juga kebudayaan, perasaan serta takhayul-takhayul. Keyakinan yang kita anut pun juga tersirat dalam bahasa yang kita pergunakan.
7.Kesenian
Merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan psikisnya, dalam hal ini tentunya mengarah pada sebuah tujuan akhir, yaitu estetika (keindahan). Dengan kesenian manusia dapat mencurahkan segala kemampuannya untuk memenuhi apa yang mereka angap
pantas dan indah.

2.3 Sejarah banten
Banten pada masa lalu merupakan sebuah daerah dengan kota pelabuhan yang sangat ramai, serta dengan masyarakat yang terbuka dan makmur. Banten pada abad ke 5 merupakan bagian dari Kerajaan Tarumanagara. Salah satu prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanagara adalah Prasasti Cidanghiyangatau prasasti Lebak, yang ditemukan di kampung lebak di tepi Ci Danghiyang, Kecamatan Munjul, Pandeglang, Banten. Prasasti ini baru ditemukan tahun 1947 dan berisi 2 baris kalimat berbentuk puisi dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Isi prasasti tersebut mengagungkan keberanian rajaPurnawarman. Setelah runtuhnya kerajaan Tarumanagara (menurut beberapa sejarawan ini akibat serangan kerajaan Sriwijaya), kekuasaan di bagian baratPulau Jawa dari Ujung Kulon sampai Ci Serayu dan Kali Brebes dilanjutkan oleh Kerajaan Sunda. Seperti dinyatakan oleh Tome Pires, penjelajah Portugispada tahun 1513, Banten menjadi salah satu pelabuhan penting dari Kerajaan Sunda. Menurut sumber Portugis tersebut, Banten adalah salah satu pelabuhan kerajaan itu selain pelabuhan Pontang, Cigede, Tamgara (Tangerang), Kalapa, dan Cimanuk.
Diawali dengan penguasaan Kota Pelabuhan Banten, yang dilanjutkan dengan merebut Banten Girang dari Pucuk Umun pada tahun 1527, Maulana Hasanuddin, mendirikan Kesultanan Banten di wilayah bekas Banten Girang. Dan pada tahun 1579, Maulana Yusuf, penerus Maulana Hasanuddin, menghancurkan Pakuan Pajajaran, ibukota atau pakuan (berasal dar kata pakuwuan) Kerajaan Sunda. Dengan demikian pemerintahan di Jawa Barat dilanjutkan oleh Kesultanan Banten. Hal itu ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana, tempat duduk kala seorang raja dinobatkan, dari Pakuan Pajajaran ke Surasowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf. Batu berukuran 200 x 160 x 20 cm itu terpaksa diboyong ke Banten karena tradisi politik waktu itu "mengharuskan" demikian. Pertama, dengan dirampasnya Palangka tersebut, di Pakuan tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru. Kedua, dengan memiliki Palangka itu, Maulana Yusuf merupakan penerus kekuasaan Kerajaan Sunda yang "sah" karena buyut perempuannya adalah puteri Sri Baduga Maharaja.
Ketika sudah menjadi pusat Kesultanan Banten, sebagaimana dilaporkan oleh J. de Barros, Banten merupakan pelabuhan besar di Asia Tenggara, sejajar dengan Malaka dan Makassar. Kota Banten terletak di pertengahan pesisir sebuah teluk, yang lebarnya sampai tiga mil. Kota itu panjangnya 850 depa. Di tepi laut kota itu panjangnya 400 depa; masuk ke dalam ia lebih panjang. Melalui tengah-tengah kota ada sebuah sungai yang jernih, di mana kapal jenis jung dan gale dapat berlayar masuk. Sepanjang pinggiran kota ada sebuah anak sungai, di sungai yang tidak seberapa lebar itu hanya perahu-perahu kecil saja yang dapat berlayar masuk. Pada sebuah pinggiran kota itu ada sebuah benteng yang dindingnya terbuat dari bata dan lebarnya tujuh telapak tangan. Bangunan-bangunan pertahanannya terbuat dari kayu, terdiri dari dua tingkat, dan dipersenjatai dengan senjata yang baik. Di tengah kota terdapat alun-alun yang digunakan untuk kepentingan kegiatan ketentaraan dan kesenian rakyat dan sebagai pasar di pagi hari. Istana raja terletak di bagian selatan alun-alun. Di sampingnya terdapat bangunan datar yang ditinggikan dan beratap, disebut Srimanganti, yang digunakan sebagai tempat raja bertatap muka dengan rakyatnya. Di sebelah barat alun-alun didirikan sebuah mesjid agung.
Pada awal abad ke-17 Masehi, Banten merupakan salah satu pusat perniagaan penting dalam jalur perniagaan internasional di Asia. Tata administrasi modern pemerintahan dan kepelabuhan sangat menunjang bagi tumbuhnya perekonmian masyarakat. Daerah kekuasaannya mencakup juga wilayah yang sekarang menjadi provinsi Lampung. Ketika orang Belanda tiba di Banten untuk pertama kalinya, orang Portugis telah lama masuk ke Banten. Kemudian orang Inggris mendirikan loji di Banten dan disusul oleh orang Belanda.
Selain itu, orang-orang Perancis dan Denmark pun pernah datang di Banten. Dalam persaingan antara pedagang Eropa ini, Belanda muncul sebagai pemenang. Orang Portugis melarikan diri dari Banten (1601), setelah armada mereka dihancurkan oleh armada Belanda di perairan Banten. Orang Inggris pun tersingkirkan dari Batavia (1619) dan Banten (1684) akibat tindakan orang Belanda.
Pada 1 Januari 1926 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan untuk pembaharuan sistem desentralisasi dan dekonsentrasi yang lebih luas. Di Pulau Jawa dibentuk pemerintahan otonom provinsi. Provincie West Java adalah provinsi pertama yang dibentuk di wilayah Hindia Belanda yang diresmikan dengan surat keputusan tanggal 1 Januari 1926, dan diundangkan dalam Staatsblad (Lembaran Negara) 1926 No. 326, 1928 No. 27 jo No. 28, 1928 No. 438, dan 1932 No. 507. Banten menjadi salah satu keresidenan dalam Provincie West Java disamping Batavia, Buitenzorg (Bogor), Priangan, dan Cirebon.
2.4 Keberagaman Budaya masyarakat banten
a.    Budaya
Sebagian besar anggota masyarakat memeluk agama Islam dengan semangat religius yang tinggi, tetapi pemeluk agama lain dapat hidup berdampingan dengan damai. Potensi dan kekhasan budaya masyarakat Banten, antara lain :
  1. Kabupaten lebak :
a.                   Kasepuhan cisunsang,disana terdapat kebudayaan seren tahun atau perayaan panen yakni tradisi yang masih dipertahankan masyarakat secara turun menurun. Mempersembahkan tradisi ini merupakan perwujudan rasa syukur atas hasil panen padi yan diberikan oleh sang khalik. Upacara seren taun  merupakan ritual tahunan yang khusus digelar untuk memohon berkah serta memanjatkan rasa syukur atas pemberian alam agar hasil tahun panen mendatang lebih meningkat.
b.                  Masyarakat adat baduy, masyarakat tradisional baduy terletak di desa kanekes kecamatan leuwi damar kabupaten lebak. Masyarakat tradisional baduy merupakan suku yang unik, yang terbagi dalam 2 bagian yaitu baduy luar dan baduy dalam, mereka hidup selaras dengan alam dan menghindari kehidupan dunia modern. Mereka tidak boleh sekolah, memelihara hewan yang berkakiempat, berpergian dengan kendaraan, menggunakan alat elektronik, dengan mata pencaharian utama masyarakatnya adalah bercocok tanam padi huma. Kekaguman untuk menggambarkan komunitas masyarakat tradisional baduy, tidak hanya pada masyarakat dan tata nilai budaya yang sampai saat ini masih dipertahankan keasliannya, mencerminkan bahwa masyarakat baduy hidup dan harmonis dengan alam dan lingkungannya. Di Provinsi Banten terdapat Suku Baduy.
Suku Baduy Dalam merupakan suku asli Sunda Banten yang masih menjaga tradisi anti modernisasi, baik cara berpakaian maupun pola hidup lainnya. Suku Baduy-Rawayan tinggal di kawasan Cagar Budaya Pegunungan Kendeng seluas 5.101,85 hektare di daerah Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak. Perkampungan masyarakat Baduy umumnya terletak di daerah aliran Sungai Ciujung di Pegunungan Kendeng. Daerah ini dikenal sebagai wilayah tanah titipan dari nenek moyang, yang harus dipelihara dan dijaga baik-baik, tidak boleh dirusak. Rumah tradisional masyarakat baduy sangat mempertahankan gaya arsitektur tradisional, bentuknya sederhana  tetapi menarik dengan letak tertata rapih yang menghadap utara-selatan mencerminkan bahwa masyarakat baduy peduli terhadap estetika alam dan lingkungan.
Kampong-kampung baduy luar mempunyai tugas menjaga dan melindungi keberadaan kampong baduy dalam. Ini dimaksudkan agar keutuhan nilai-nilai kebaduy-an tetap utuh dan lestari hingga akhir zaman, orang baduy meyakini,para orang tua di baduy dalam adalah “orang suci” yang sedang bertapa menjaga pancer bumi dan secara intensif melakukan komunikasi batin dengan Tuhan pencipta alam. Banyak orang dari luar yang datang ke Baduy Dalam untuk menyampaikan permintaan atau belajar ilmu kebatinan, karena orang baduy dalam sebagai orang suci, bersih. Kesucian dan kebersihan jiwa mereka dianggap bisa langsung berhbungan dengan Tuhan dan juga mampu merasakan getaran alam serta mampu membaca tanda-tanda zaman.
  1. Masyarakat adat citorek, masyarakat adat citorek memiliki karakteristik yang hampir sama yaitu masih mempertahankan nilai-nilai tradisi yang diwariskan oleh para sesepuhnya sebagai sarana dalam menyeimbangkan antara lingkungan kehidupan alam dan sosial masyarakat, hal ini diperlukan agar lingkungan alam dan budaya tetap terjaga sebagai suatu warisan kepada anak cucunya. Hal yang unik yang masih bisa di jumpai dimana masyarakat adatnya masih menjalani tradisi-tradisi ritual seperti neres, sedekah bumi, dan seren taun, dimana seren taun merupakan tradisi yang masih dilaksanakan di daerah adat kaolotan citorek. Secara geografis daerah ini berada di wilayah gubung halimun tepatnya dikecamatan cibeber kabupaten lebak yang dikawasan ini pula terdapat situs masa pra sejarah yaitu lebak si bedug.
Dikabupaten lebak terdapat tempat wisata yang menarik seperti pantai sawarna, pantai tanjung layar, pantai bagedur, pantai pasir putih suka hujan, pantai cihara, pantai karang taraje, pantai pulau manuk, pantai karang songsong, curug cihear, sungai cibeurang, arum jeram, sungai ciberang, lebak sibedug.
2.                  Kabupaten serang
Di daerah ini memiliki budaya berupa beragam kerajian seperti :
a.       Keramik bumi jaya, banten memiliki kerajinan khas daerah salah satunya adalah kerajinan keramik. Yang dihasilkan oleh masyarakat desa bumi jaya kecamatan ciruas kabupaten serang, yang terkenal dengan kekuatan bahannya, karena tanah lepungnya memiliki kualitas yang baik sebagai bahan pembuatannya, dibuat oleh masyarakat setempat yang diturunkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya dengan berbagai desain dan motif. Keramik ini dipasarkan dipasar lokal, regional, dan ekspor.
b.      Golok ciomas, kerajinan golok banyak tersebar di daerah banten, sering disebut sebagai kerajinan pande golok, namun yang paling termashur bahkan konon terkenal dengan kesaktiannya, yaitu golok yang berasal dari daerah ciomas kecamatan padarincang, kabupaten serang, di daerah terebut kerajinan golok dibuat secara turun temurun, bahkan telah menjadi profesi sebgian warga sekitar.
c.       Kesenian budaya putih, kesenian tradisional yang berkembang di kampong curug dahu desa kadubeureum kabupaten serang, iringan arak buaya putih biasanya dilakukan dalam kegiatan mengirimkan bahan-bahan keperluan hajatan yag menjadi ciri khas daerah setempat, dimana keperluan hajatan ditata sedemikian rupa pada sebatang pohon bamboo yang dibentuk kerangka mirip seekor buaya.
Wisata yang terdapat di daerah ini yaitu pantai mercusuar anyer, pantai anyer, pantai karangbolong, gunung anak Krakatau, pantai pandulu sambolo, pantai tanjung tum, rawa dano, gunung santri, bendungan pamarayan, menhir baros, situs patapan situ wulandira, situ tasik kardi
3.                  Kabupaten tangerang :
Merupakan salah satu dari delapan kabupaten/kota di provinsi banten, berdasarkan sejarah pembentukannya ditindaklanjuti dengan UUD no 14 tahun 1950 tentang pembentukkan daerah daerah kabupaten dalam lingkungan provinsi jawa barat. Pada era otonomi daerah sebagai mana diatur dalam uud no.22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, telah terjadi dinamika sosial politik yang cukup signifikan, salahsatu diantaranya adalah terbentuknya provinsi banten sebagaimana diatur dalam UUD no.23 tahun 2000 tentang pembentukan provinsi banten, dimana sejak tanggal 4 oktober 2000, kabupaten tangerang yang semula bagian dari wilayah provinsi jawa barat resmi menjadi bagian wilayah administrative provinsi banten.
a.       Vihara tjoe soe kong, berada di tepi pantai tanjung kait desa tanjung anom kecamatan mauk-kebupaten tangerang. Diperkirakan dibangun pada tahun 1792. Sebagai tempat peribadatan umat kong hu chu. Pengunjung vihara berasal dari dalam kota, luar kota bahkan dari Malaysia dan singapura yang berkunjung secara rutin. Makam dwi neng berada tidak jauh dari komplek vihara dan banyak dikunjungi oleh peziarah.
b.      Makam keramat panjang, makam ini luasnya kurang lebih 1Ha berada di kampong keramat Desa Sukawali Kecamatan Paku Hji yang berjarak 30 km dari kota Tangerang, makam ini adalah makam Habib Abdullah bin Ali yang wafat pada tahun 300 Hijriyah. Peziarah yang datang selain dari Tangerang, ada juga yang datang dari Jakarta, indramayu, bogor, bekasi, depok, Madura, bahkan ada juga peziarah yang datang dari Turki. Umumnya para peziarah datang pada setiap malam jum’at dan pada hari-hari besar islam.
c.       Kesenian marawis.  Kesenian bernuansa islami yang berkembang di Tangerang, kesenian ini pada awalnya di bawa oleh orang Yaman, dan sangat menarik karena di dalamnya terdapat kombinasi music perkusi diiringi vocal dan tabuhan ritmis yang dinamis yang dimainkan oleh 16 sampai 18 orang pemain laki-laki terdiri dari pemain musik, penyanyi dan penari.
Wisata yang terdapat di kabupaten Tangerang antara lain Pulau cangkir, pantai tanjung kait, pantai tanjung pasir, citra raya water world, situ cihuni, peziarahan keramat solear, dan lain sebagainya.
4.                  Kota tangerang :
Sebagai bagian dari sebuah kawasan besar yang bernama tangerang, kota tangerangpun memiliki beragam benda budaya dari masa lalu. Akan tetapi dari aspek kesejarahan dan kepurbakalaan sangat sedikit yang dapat diungkapkankarna keterbatasan sumber sejarah dan data arkeologi kepurbakalaan dari masa yang terkini pun(periode islam) masih sebatas pada bangunan kelenteng/vihara, masjid dan makam-makam.
a.                   Vihara boen tek bio, vihara tertua di tangerang, dibangun pada tahun 1684. Boen tek bio artinya kebajikan setinggi gunung dan sedalam lautan. Vihara ini selain sebagai tempat beribadah umat kong hu chu dan tao juga memiliki berbagai aktivitas bidang pendidikan, kegiatan sosial, seni budaya seperti perlombaan perahu naga, barongsai, dan liong yang dikemas dalam perayaan peh chun.
b.                  Barongsai, kesenian yang berkembang di tangerang, terdiri dari beberapa jenis antara lain : kilin, peking say, lang say, dan samujie. Kesenian yang menampilkan singa batu model dari cieh say ini ada bermacam-macam, dimana yang utama mengikuti dua aliran, yaitu aliran utara dan selatan, yang dimaksud adalah sebelah utara sunga yang zi, bentuknya garang, badannya tegap, mulutnya oersegi seperti yang kita lihat dikelompok istana kekaisaran di Beijing, sedangkan aliran selatan adalah terdapat di sebelah selatan sungai yang zi bentuknya kebih bervariasi dan luwes, tapi kurang gagah. Aliran selatan pada umumnya berada di klenteng-klenteng Indonesia kususnya di kota tangerang.
c.                   Festival cisadane, merupakan lomba perahu naga, erahu tradisional(kole-kle), bazar dan pagelaran seni tradisionl yang di selenggarakan di bantaran kali cisadane, yang telah menjadi event tahunan pemerintah kota tangerang, event ini bertujuan untuk mempromosikan potensi wisata dan media hiburan/ pesta rakyat agar mampu memberikan tampilan yang menjadi daya tarik wisatawan
d.                  Taro cokek, kesenian ini merupakan perpaduan antara kesenian cina dan sunda yang mempunyai keunikan tersendiri, yang pada awalnya berkembang di daerah betawi. Ksenian cokek berkembang di kota tangerang di daerah sela pajang jaya dan neglasari khususnya ditapilkan di rumah kawin cina yang diiringi oleh musik gampang kromo. Kesenian lainnya yang berkembang di kota tangerang antara lain, lenong, rebana ketimpring, tanjidor, marawis sebagai kesenian yang bernuansa islam.
e.                   Masjid kali pasir, peninggalan masa kejayaan islam di kota tangerang yaitu peninggalan masjid-masjid tua yang sampai sekarang masih kokoh berdiri. Untuk saat ini masjid-masjid tersebut menjadi tujuan wisata ziarah.
5.                  Kota cilegon  :
Cilegon dari aspek ksejarahan dan kepurbakalaan sangat sedikit untuk diungkap karena keterbatasan sumber sejarah dan data-data arkeologis. Bukti-bukti arkeologis dari masa prasejarah hingga masa klasik sampai sejauh ini belum ada yang ditemukan. Kepurbakalaan dari masa islam yang masih ada pun hanya sebatas :
a.                   Batu lawang. Terletak di kawasan gunung batur, menyajikan petualangan perjalanan yang menantang melalui jalan yang setapak berkelok-kelok, mendaki perbukitan yang ada. Kurang lebih berjarak 5-6 km, atau dapat ditempuh selama kurang kebih 2-3 jam perjalanan.
b.                  Bendrong Lesung. Merupakan salah satu kesenian tradisional unggulan kota cilegon yang tumbuh dan berkembang secara turun temurun di lingkungan masyarakat sampai sekarang. Kesenian tradisional bendrong lesung ini pada mulanya adalah tradisi masyarakat desa dalam menyambut panen raya sebagai ungkapan kebahagiaan atas jerih payah yang dilakukan dan telah membuahkan hasil panen.
6.                  Kota serang :
a.                   Keratin kaibon, merupakan tempat kediaman ib ratu asyiah, ibunda sultan syafiuddin. Pada tahun 1832 kerato ini di bongkar oleh pemerintah hindia-belanda, yang tersisa sekarang hanya pnodasi dan tembok-tembok serta gapuranya saja. Keraton ini mempunyai sebuah pintu besar yang dinamai pintu dalem. Di pintu gerbang sebelah barat menuju masjid kaibon terdapat tembok yang dipayungi sebuah pohon beringin.
b.                  Masjid agung banten, didirikan pada masa pemerintahan maulana hasanuddin, masjid ini memiliki rancang bangun tradisional. Bangunan induk masjid ini berdenah segiempat dengan atap bertingkat bersusun lima atau dikenal dengan istilah atap tumpang.
Peninggalan-peninggalan lain yang terdapat di kawasan banten lama yaitu watu singa yaksa, watu gilang, Mariam kiamuk, gedong ijo, kerkhof, benteng speelwijck, pengindelan putih, pengindelan abang.
            7. Kabupaten pandeglang
a.                   Debus
Seni pertunjukkan ini merupakan kesenian yang sangat populer di Provinsi Banten, karena hampir ada dan tumbuh berkembang denagan baik disetiap pelosok daerah di Banten, termasuk Pandeglang. Sehingga debus dapat dikatakan sebagai seni pertunjukkan ciri khas Banten, walaupun debus terdapat pula didaerah lain, seperti Garut, Bandung, bahkan di Aceh sekalipun. Permainan debus merupakan seni pencak silat yang berhubungan dengan ilmu kekebalan sebagai refleksi sikap masyarakat Banten untuk mempertahakan diri. Kesenian tradisional yang dikombinasi dengan seni tari, seni suara, dan seni kebatinan ini bernuansa magis. Debus adalah seni pertunjukkan yang memperlihatkan permainan kekebalan tubuh terhadap pukulan, tusukan, dan tebas benda tajam. Dalam permainannya , debus banyak menampilkan atraksi kekebalan tubuh sesuai dengan keinginan pemainnya. Pada masa pemerintah Sultan Ageng Tirtayasa sekitas abab ke-17, debus difokuskan sebagai alat untuk membangkitkan semangat para pejuang dalam melawan penjajah. Pada perkembangan selanjutnya, debus menjadi salah satu bagian dari ragam seni budaya masyarakat Banten  ini banyak digemari oleh masyarakat sebagai hiburan yang langka dan menarik.
  1. Rampak Bedug
Seni rampak bedug adalah kesenian tradisional masyarakat pandeglang dan sekitarnya ynag merupakan kulminasi estetik dari tradisi ngadu bedug yang biasa yang dilakukan warga pada perayaan hari raya idul fitri atau idul adha. Perangkat peralatan yang digunakan meliputi : satu set bedug kecil sekalu pengatur irama, tempo dinamika, sedangkan bedug besar sebagai bass, sementara melodi hanya berasal dari lantunan solawatan ynag dilakukan sambil menabuh. Pola tubuh yang biasa mereka sebut dengan lagu diantarany : ping-ping cak-cak, nang tang, celementre, rurudatan, antingsela, selagunung, kelapasamanggar, dan lain-lain.
  1. Pandingdang Pandegalangan
Padingdang Pandeglang merupakan salah satu kesenian hasil dari kolaborasi rampak bedug pandeglang dengan kendang pencak, tarian saman, teriakan beluk, lagu-lagu buhun gendereh, tarian pencak silat, angklung dodod  dan jenis seni tradisi lainnya yang ditata sesuai kebutuhan paket pertunjukan modern didalamnya terdapat pola tabuhan perkusi melalui widerata bedug, kendang, dan terbang yang terbalut rapih aransemen musik dan melodi vokal saman, beluk dan sholawatan terbang tandak serta lengkingan terompet pencak.
  1. Dzikir Saman
Seni saman disebut juga dzikir maulud yaitu keseni tradisional rakyat Banten khususnya dikabupaten Pandeglang yang menggunakan media gerak dan lagu (vokal) dan syair-syair yang dilantunkan mengagungkan Asma Allah dan pujian kepada Nabi Syeh Saman dari Aceh. Tari saman berasal dari kesultanan Banten ynag dibawa para ulama pada abad 18 sebagai upacara keagamaan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW pada bulan maulud, namun dapat berkembang selanjutnya dapat pula dilakukan pada upacara selametan khitanan, pernikahan atau selametan rumah. Pemain seni dzikir saman berjumlah antara 26 orang sampai 46 orang. 2 sampai 4 orang sebagai vokalis yang  membacakan syair-syair kitab “berjanji”, sementara 20 sampai 40 orang ynag semuanya laki-laki mengimbangi lengkingan suara vokalis dengan saling bersahutan bersamaan (koor) sebagai alok. Pola peermainan seni dzikir saman dilakukan sehari penuh dengan tiga babakan, yaitu : babakab dzikir, babakan asroqol, dan babakan saman.
  1. Ubrug
Ubrug adalah seni pertunjukan teater rakyat, yang menampilkan cerita atau lakon, lawakan, tarian dan lagu. Masyarakat menyebut ubrug karena kesenian ini setiap tampilannya dulu selalu menimbulkan keramainan yang luar biasa. Sebagian masyarakat memanggilnya pula dengan sebutan topeng, karena dibagian awal pertunjukkan ditampilkan pula tarian pembuka, yang disebut sebagai topeng ubrug atau ronggeng ubrug. Lakon yang dipentaskan biasanya tergantung pada permintaan yang empunya hajat. Berupa lakon  jaman “ Baheula” babad atau legenda, atau juga cerita masa kini, misalnya drama rumah tangga. Pementasan diawali dengan “ Tatalu” dari penabuhan gamelan, dimaksudkan untuk menarik perhatian penonton agar segera berkumpul, kemudian dari balik layar keluarlah beberapa orang penari wanita (ronggeng) mempertunjukkan kebolehannya dalam menari. Pada acara ini biasanya dimanfaatkan oleh para penonton untuk bergabung ikut menari berpasang-pasangan sampai beberapa lagu yang telah dibeli atau dipesan para penonton.
Beberapa tempat wisata yang ada di Pandeglang antara lain :Taman Nasional Ujung Kulon, Pantai Ciputih, Pantai Tanjung Lesung, Pantai Kalicca, Pantai Panimbang, Pulau Umang, Pulau Oar, Pantai Carita, Pemandian Alam Cikoromoy, Pemandian Air Panas Cisolong, Situ Cikedal, Cikole, Masjid Caringin, Masjid Carita, Prasasti Muruy, Gedung Kodim Pandeglang, Pendopo Kabupaten Pandeglang, Gedung Penjara Pandeglang, Menara Air Pandeglang, Menhir Sanghyang Heuleut, Batu Ranjang, Prasasti Munjul, Situs Gunung Cupu, Batu Sorban, Menhir Batu Lingga, Menhir Pasir Peteuy, Sanghyang Dengdek, Batu Bergores Cidaresi, Situs Batu Goong, dan lain sebagainya.
b.    Bahasa
Penduduk asli yang hidup di Provinsi Banten berbicara menggunakan dialek yang merupakan turunan dari bahasa Sunda Kuno. Dialek tersebut dikelompokkan sebagai bahasa kasar dalam bahasa Sunda modern, yang memiliki beberapa tingkatan dari tingkat halus sampai tingkat kasar (informal), yang pertama tercipta pada masa Kesultanan Mataram menguasai Priangan (bagian tenggara Provinsi Jawa Barat). Namun demikian, di Wilayah Banten Selatan Seperti Lebak dan Pandeglangmenggunakan Bahasa Sunda Campuran Sunda Kuno, Sunda Modern dan Bahasa Indonesia, di Serang dan Cilegon, bahasa Jawa Banten digunakan oleh etnik Jawa. Dan, di bagian utara Kota Tangerang, bahasa Indonesia dengan dialek Betawi juga digunakan oleh pendatang beretnis Betawi. Di samping bahasa Sunda, bahasa Jawa dan dialek Betawi, bahasa Indonesia juga digunakan terutama oleh pendatang dari bagian lain Indonesia.
2.5 upaya pelestarian budaya
Kesadaran masyarakat untuk menjaga budaya lokal sekarang ini masih terbilang
minim. Masyarakat lebih memilih budaya asing yang lebih praktis dan sesuai
dengan perkembangan zaman. Hal ini bukan berarti budaya lokal tidak sesuai
dengan perkembangan zaman, tetapi banyak budaya asing yang tidak sesuai
dengan kepribadian bangsa. Budaya lokal juga dapat di sesuaikan dengan
perkembangan zaman, asalkan masih tidak meningalkan ciri khas dari budaya
tersebut. Kurangnya pembelajaran budaya Pembelajaran tentang budaya, harus ditanamkan
sejak dini. Namun sekarang ini banyak yang sudah tidak menganggap penting
mempelajari budaya lokal. Padahal melalui pembelajaran budaya, kita dapat
mengetahui pentingnya budaya lokal dalam membangun budaya bangsa serta
bagaimana cara mengadaptasi budaya lokal di tengah perkembangan zaman.
Keanekaragaman budaya daerah tersebut merupakan potensi sosial yang dapat membentuk karakter dan citra budaya tersendiri pada masing-masing daerah, serta merupakan bagian penting bagi pembentukan citra dan identitas budaya suatu daerah. Di samping itu, keanekaragaman merupakan kekayaan intelektual dan kultural sebagai bagian dari warisan budaya yang perlu dilestarikan. Seiring dengan peningkatan teknologi dan transformasi budaya ke arah kehidupan modern serta pengaruh globalisasi, warisan budaya dan nilai-nilai tradisional masyarakat adat tersebut menghadapi tantangan terhadap eksistensinya. Hal ini perlu dicermati karena warisan budaya dan nilai-nilai tradisional tersebut mengandung banyak kearifan lokal yang masih sangat relevan dengan kondisi saat ini, dan seharusnya dilestarikan, diadaptasi atau bahkan dikembangkan lebih jauh
Oleh sebab itu upaya yang dapat dilakukan dalam pelestaraian budaya seperti :
  1. Mau mempelajari budaya lokal baik hanya sekedar mengenal atau bisa juga dengan ikut memperaktekannya dalam kehidupan kita
  2. Ikut berpartisipasi apabila ada kegiatan dalam rangka pelestarian kebudayaan misalnya, mengikuti kompetisi tentang kebudayaan, seperti tari tradisi atau teater daerah selain itu ikut berpartisipasi dengan mementaskan budaya tradisional oada acara atau kegiatan tertentu, seperti pada saat perayaan hari ulang tahun kemerdekaan bangsa, mengadakan pementasan ketoprak yang berbau perjuangan dll.
  3. Mengajarkan kebudayaan itu pada generas penerus sehingga kebudayaan tidak musnah dan tetap dapat bertahan
  4. Mencintai budaya sendiri tanpa merendahkandan melecehkan budaya lain.
  5. Mempraktikan penggunaan budaya itu dalam kehidupan sehari-sehari, misalnya bahasa daerah.
  6. Menghilangkan rasa gengsi ataupun malu dengan kebudayaan yang kita miliki.
  7. Mendirikan sanggar. Upaya ini dimaksudkan untuk mengajarkan, menarik minat terutama para generasi muda agar mengetahui budaya dan ikut serta dalam melestarikannya.
  8. Menerapkan ekstrakulikuler berbasis budaya lokal di lembaga pendidikan atau sekolah, seperti ekskul tari tradisional, musik tradisional, dan lain sebagainya.














BAB III
PENUTUP
A.                Kesimpulan
Budaya lokal merupakan suatu kebiasaan dan adat istiadat daerah tertentu yang lahir secara alamiah, berkembang, dan sudah menjadi kebiasaan yang susah diubah. Budaya masyarakat yang tinggal di daerah pedalaman (pedesaan) yang tinggal di daerah pantai tentu berbeda.  Unsur-unsur kebudayaan merupakan bagian suatu kebudayaan yang dapat digunakan sebagai suatu analisis tertentu. Menurut Kluchklon ada tujuh unsur kebudayaan universal, yaitu Sistem Religi dan Upacara Keagamaan ,Sistem Organisasi Kemasyarakatan, Sistem Pengetahuan, Sistem Mata Pencaharian Hidup, Sistem Teknologi dan Peralatan, Bahasa dan Kesenian. Dalam setiap daerah yang termasuk dalam lingkup provinsi Banten, memiliki budayanya masing-masing. Budaya tersebut menjadi kekhasan dari setiap daerah di Banten yang menjadi daya tarik bagi masyarakat luar Banten. Oleh karena itu, diperlukan upaya dalam melestarikan budaya lokal tersebut antara lain melalaui pendidikan, kebijakan pemerintah, pendirian sanggar dan kesadaran pribadi dalam kaitannya dengan pelestarian budaya.

  1. Saran
Untuk memperdalam tentang materi keanekaragaman budaya yang terdapat di Banten pembaca dianjurkan untuk membaca buku mozaik of Banten, pesona wisata Banten, dan referensi lain yang berkaitan dengan Banten.









DAFTAR PUSTAKA

Sutendy, uten. 2010. Damai Dengan Alam. Tangerang : Media Komunika
Pemerintah Daerah Banten. 2012. Mozaik of Banten Indonesia. Banten: Wonderful Indonesia
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. 2009. Jelajah Pesona Wisata Banten. Banten : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banten
(soekmono. 1998. Pengantar sejarah kebudayaan Indonesia 1. Yogyakara:PT kanisius).





           


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teknologi Sebagai Pendekatan Pendidikan

Observasi banten lama