Kemungkinan
Pada dasarnya manusia mempunyai rasa takut, bersalah dan lain sebagainya. Takut terhadap apapun itu, dan bahkan yang lebih ekstrim mengenai sebuah keimanan. Keimanan memang harus di jaga dan di pertahankan, terutama mengenai apa yang salah menurut kepercayaannya. Namun kadang kali seseorang menskat diri terhadap suatu pengetahuan yang bertolak belakang dengan apa yang di fahami dan di yakini. Contoh kecil bila sudah mengenai sebuah ketuhanan dan kepercayaan, Karna mungkin apa yang di ajarkan oleh sebuh hasil doktrin agama. Agama mengajarkan kita harus percaya terhadap tuhan, ketika ada yang tak percaya terhadap tuhan yang telah di ajarkan dari kecil, maka secara sepontan kita akan menjust dia atau mereka tak bertuhan.
Dalam masalah belajar tentang filsafat saja, kadang kala tak hanya satu dua yang bilang bahwa belajar filsafat harus kuat iman agar tak menyeleweng, secara tidak langsung kata menyeleweng atau sesat merupakan hal yang salah. Melenceng dari jalan yang telah di tetapkan. Padahal pada realitas nya kebanyakan hanya merupakan sebuah permainan kata-kata dan makna yang mendalam. Tapi apakah kata-kata bisa disama ratakan dengan sebuah tindakan, karna terlalu banyak kemungkinan, bisa jadi seseorang berkata A, tapi kelakuannya bukan A. dan sebaliknya. Memang pada dasarnya belajar filsafat realitasnya banyak pula yang salah menafsirkan atau terlalu terbawa oleh suasana keilmuan yang di pelajari. Kalo menurut saya pribadi, ketika memang ada sebuah ungkapan yang sekiranya bertolak belakang dengan apa yang kita fahami dan kurang pantas, missal nya tentang ketuhanan. Seperti halnya seorang filsuf Freidrich Nietzche. Yang mengemukakan “ tuhan telah mati”, bagi sebahagian orang yang hanya mendengar sekilas mungkin akan berfikiran negative tentang nietche, karna dia merupakan orang yang beragama. Agama Kristen kalo gak salah. Tapi padahal nietzche bilang begitu, karna manusianya sendiri yang mematikan nya, yaitu mematikan sebuah nilai-nilai ketuhanannya. Ajaran-ajaran tuhan lah yang telah mati di mata manusia ( seakan-akan ).
Adapun tentang belajar filsafat ada sebuah keraguan atau takut sesat dalam pemikiran, maka menurt saya taka da yang alah untuk belajar, dan cukup di jadikan sebua pengetahuan bahwa filsafat membahas demikian ( misalnya ).namun filsafat sendiri merupakan sebuah ilmu, tapi ada sebuah pengecualian bila kita ragu maka jadikan lah sebua pengetahuan saja, tak perlu ada aplikasi nya dalam sehari-hari. namun bila kita merasa filsafat merupakan cara berfikir yang memang segalanya perlu di ketahui walaupun ada hal-hal yang tak mudah diketahui, maka taka da salah nya mengaplikasikannya dalam kehidupan. Untuk saling berbagi ilmu dengan yang lain bila sudah belajar filsafat.
Yang pada akhirnya, belajar filsafat merupakan pondasi dalam tatanan keilmuan, karna filsafat sendiri lah yang pertama menjadi sebuah bidang ilmu di yunani .
Dalam masalah belajar tentang filsafat saja, kadang kala tak hanya satu dua yang bilang bahwa belajar filsafat harus kuat iman agar tak menyeleweng, secara tidak langsung kata menyeleweng atau sesat merupakan hal yang salah. Melenceng dari jalan yang telah di tetapkan. Padahal pada realitas nya kebanyakan hanya merupakan sebuah permainan kata-kata dan makna yang mendalam. Tapi apakah kata-kata bisa disama ratakan dengan sebuah tindakan, karna terlalu banyak kemungkinan, bisa jadi seseorang berkata A, tapi kelakuannya bukan A. dan sebaliknya. Memang pada dasarnya belajar filsafat realitasnya banyak pula yang salah menafsirkan atau terlalu terbawa oleh suasana keilmuan yang di pelajari. Kalo menurut saya pribadi, ketika memang ada sebuah ungkapan yang sekiranya bertolak belakang dengan apa yang kita fahami dan kurang pantas, missal nya tentang ketuhanan. Seperti halnya seorang filsuf Freidrich Nietzche. Yang mengemukakan “ tuhan telah mati”, bagi sebahagian orang yang hanya mendengar sekilas mungkin akan berfikiran negative tentang nietche, karna dia merupakan orang yang beragama. Agama Kristen kalo gak salah. Tapi padahal nietzche bilang begitu, karna manusianya sendiri yang mematikan nya, yaitu mematikan sebuah nilai-nilai ketuhanannya. Ajaran-ajaran tuhan lah yang telah mati di mata manusia ( seakan-akan ).
Adapun tentang belajar filsafat ada sebuah keraguan atau takut sesat dalam pemikiran, maka menurt saya taka da yang alah untuk belajar, dan cukup di jadikan sebua pengetahuan bahwa filsafat membahas demikian ( misalnya ).namun filsafat sendiri merupakan sebuah ilmu, tapi ada sebuah pengecualian bila kita ragu maka jadikan lah sebua pengetahuan saja, tak perlu ada aplikasi nya dalam sehari-hari. namun bila kita merasa filsafat merupakan cara berfikir yang memang segalanya perlu di ketahui walaupun ada hal-hal yang tak mudah diketahui, maka taka da salah nya mengaplikasikannya dalam kehidupan. Untuk saling berbagi ilmu dengan yang lain bila sudah belajar filsafat.
Yang pada akhirnya, belajar filsafat merupakan pondasi dalam tatanan keilmuan, karna filsafat sendiri lah yang pertama menjadi sebuah bidang ilmu di yunani .
Komentar
Posting Komentar