TEORI MATA BIASA
KEBUDAYAAN YANG ADA DI MASYARAKAT”
Laporan yang telah di ajukan terhadap masyarakat
yang ada dalam lingkungan kostan saya,bertempat di Ciceri Indah,Blok S No
6.Tentang sebuah kebudayaan (Tingkah laku masyarakat) Ciceri indah.
Apa
saja yang di lakukan masyarakat yang bisa di anggap “KOTA” ini?apakah ada
hal-hal yang sekiranya sama dengan masyarakat yang bisa di sebut sebuah
“KAMPUNG”?Lalu apa yang membedakan ketika orang kampung yang berangan-angan
ingin hidup(tinggal)di dataran kota,dan orang yang telah tinggal di kota malah
kebanyakan ingin beralih ke kampung?sungguh sesuatu yang sangat membingungkan
sekaligus bisa di bilang aneh jika kita piker secara sekilas saja,Ini yang
membuat saya tertarik untuk bertanya-tanya tentang Serang,Ciceri Indah ini,untuk
menimbang-nimbang perbedaan dengan kampong saya.Kp,Cibengkung Ds,Citorek Barat.
Serang,,,,,Sebuah
kota yang amat luas menurut saya,hampir semua ada di sini.Dilihat dari serang
ini banyak sekali orang yang menjadi penjual,dari jualan baju,perabotan,makanan
biasa,nasi dan lain sebagainya.Boleh dikatakan benar-benar jauh berbeda
kehidupan antara di serang ini dengan di kampug saya,sebuah kota yang amat
padat dengan penduduk dan kendaraan,yang hampir setiap hari orang menunggu di
lampu merah.benar-benar kehidupan yang amat susah meurut saya.beda halnya
dengan kampung citorek yang mana orang-orang tidak penah merasakan adanya macet
di jalanan yang berkelanjutan,sehingga orang-orang mau kapan saj bisa mengejar
waktunya tanpa harus ada yng menghambat.tapi ada sesuattu hal yang berbeda pula
di serang ini,dimana ketika kita mulai masuk ke pelosok-pelosok kota serang
sendiri,ternyata ada hal-hal yang menyerupai dengan kampung saya sendiri.salah
satunya Ciceri Indah ini.
Ciceri Indah ini ternyata suasananya amat tenang
tatkala malam menjelang,sejuk,dan tidak terlalu banyak suara-suara yang membuat
tak nyaman.mungkin penduduknya yang kurang berselera untuk main-main tengah
malam seperti anak-anak remaja,atau yang lainnya pun.sehingga membuat suasana
terasa bising,atau mungkin ada hal-hal yang tidak membuta mereka merasa
berselera untuk gumbrung-gumbrung dengan teman-teman seperti halnya di
kampung.atau apapun itu masalahnya yang membuat mereka merasa nyaman di rumah
terus.
Perbedaan dengan kampung
mungkin sudah tentu ada akan tetapi tidak sepenuhnya berbeda,seperti halnya
dalam keagamaan.yang mana tradisi di ciceri indah ini masih melakukan tradisi
seperti sukuran,cukuran,baik itu tahlilan,muludan dan lain sebagainya.hanya
cara melakukannya saja yang berbeda sehingga banyak yang memandang di kampung
dan di kota berbeda sekali,padahal hanya beberapa saja yang berbeda.
Di ciceri indah ini beberapa orang masih melakukan
hal-hal yang sipatnya bersama,bisa di bilang socialnya masih ada,namun hanya
beberapa saja yang melakukan akan tetapi,menurut hasil perbincangan singkat
saya dengan satu dan dua orang warga yang ada di ciceri indah ini,mereka juga
mengakui bahwa kebiasaan-kebiasaan dulu dengan sekarang amat berbeda
sekali,waktu dulu dal hal yang bersipat gotong royong(suatu yang bersifat
social) masyarakatnya masih kental,tapi ketika saat ini,banyak pula yang hanya
masing-masing seakan-akan mereka tidak sadar bahwa mereka tergolong masyarak
(kelompok) ciceri indah ini.
Budaya,di mana orang menyebut dengan suatu yang bersifat
turun-temurn,lalu ketika saya amati kebudayaan yang di citorek itu,di citorek
bisa di sebut dengan kamung kebudayaan lah jikalau menurut saya pribadi,mungki
dari adat istiadat yang ada di citorek itu yang masih terlihat kental,entah itu
seperti tanam padi yang cuman satu tahun satu kali,adanya suatu ritual yang
ketika ada salah satu petani yang hasil padinya lebih dari mencukupi bisa di
bilang,di citorek itu ada istilah harus di rayakan dengan istilah sebutan di
citorek”rengkong”,tujuannya untuk memberi hadiah sekaligus kepada suatu kepala
adat yang mana di rasa oleh masyarakat memberikan suatu ritual seelum adanya
panen,dan mungkin di samping itujuga merupakan suatu puji syukur kepada Allah
SWT,yang telah memberinya panen yang banyak.
Ritual,dimana kampung citorek itu ada suatu kebiasaan
yang mana ketika mau panen atau bisa di sebut dengan istilah “ngetem” di
kampung citorek.maka warga itu tidak bisa langsung memanen padi karna harus ada
persetujuan suku adat wewengkon citorek itu,yang mana ketika menanam padi
bersama dan ketika memanen pun bersama,mungkin itu salah satu alasan kenapa
harus adanya persetujuan dari kepala adat itu sendiri.
Tapi,ketika beranjak melalui masalah dalam agama,saya
menelaah bahwa ketika terdapat suatu panen yang besar dan si pemanen nya itu
mau untuk merayakannya,kenapa harus di arak sambil bawa-bawa padi ke kepala
adat,kenapa tidak di adakannya tahlilan kalo secara agama NU mungkin.Dan saya
rasa di citorek pun banyak ulama yang mana mengerti akan agam menurut saya,tapi
seakan-akan mereka canggung untuk membenahi suatu kebudayaan yang ada di
citorek. Seperti hal nya dimana ketika di citorek itu kejadian yang menangani
orang yang kerasukan itu, warga disana seakan-akan tidak menyadari akan adanya
para ulama itu sendiri. Mereka lebih mengedepankan lari kepada orang tuayang
dianngap mengerti ketimbang meraka lari kepada ulama-ulama itu sendiri. Atau
mungkin bisa saja mereka berfikir bahwa ketika meminta tolong kepada uama itu
sendiri, atau orang yang mengerti tentang agama, posisi mereka itu dalam
keadaan terdesak karena mungkin hanya suatu pandangan saya memandang kepada
masyarakat citorek wa’allahualam bisowaf.
Lalu, mungkin ketika saya meninjau yang mana ada beberapa
orang yaaaa dibilan hamper tidak dan kurangpun tidaak bahkan setengahpun
tidaaak. Saya merasa dimana orang-orang kampung itu memandang kehidupan diluar
sana yang bisa dianngap kota lah kalo menurut orang kampung, merea itu
seakan-akan ingin sekali hidup di areal sana yang mayoritas tempat yang disebut
kota itu memiliki bayak kultur atau budaya-budaya lain. Dan bahkan mungkin
dalam pandangan saya pribadi, dalam kehidupan di citorek itu dengan hanya
pandagan yang sekilas menganggap hidup dkota itu enak, bisa memenuhi kebutuhan
hidup, bisa emenuhi kebutuhan ekonomi mereka,mungkin karena itu tadi yaitu
kurangnya pendidikan yang mereka dapatkan dan imbas dari kurangnya pengetahuan
yang mereka dapatkan di dalam sekolah, yang kebanyakan hanya lulusan SD,
bahkkan tidak sekolah hanya menjadi pnggembala hewan ternak.
Tapi ketika realita yang saya alami, kehidupan di kota
itu memang sangatlah tidak tentram kalau menurut saya. Karena banyaknya
pengangguran yang membuat ekonomi mereka itu benar-benar terbatas dan bisa jadi
itu juga karena factor pengetahun, dan terbatasnya kemampuan yang mereka
miliki, bahkan bisa jadi mereka itu imbas dari kurangnya pendidikan yang mereka
dapatkan di sekolah atau pendidikan di lingkungan. Kareena banyaknya budaya
yang terdapat di kota seakan-akan menjadi dinding peisah diantara budaya-budaya
itu. Contoh kecil saja di ciceri indah ini ketika ada suatu acara keagamaan
yang membutukan bantuan misalnya juru dapur, mereka yang di undang untuk
memasak, mereka hanya memikirkan materi yang akan di dapat atau imbalan, yang
mana mereka sampai menentuka harga berapa-berapanya.tidak ada yang namanya
membantu antar warga dalam sekitar.beda halnya dengan di kampung citorek,yang
ketika ada salah satu tetangga yang mengadakan suatu syukuran,warga
lainnya tanpa di pintapun mereka dating sendiri,dan tidak ada istilah mau di
bayar berapa,akan tetapi di sana imbalannya hanya makanan yang mereka makan
saja.dan itu berupa sebuah gotong royong yang abik menurut saya,adana rasa
saling membutuhkan.
Ketika perayaan tahun besar islam atau acara-acara yang
berbau islam di ciceri indah ini terkadang tidak semua (hanya beberapa
orang)yang menghadiri ataupun merayakan,ya mungkin mereka yang sibuk dengan
kerja,atau apapun itu yang membuat mereka tidak hadir,”ketika mulud(atau di
sebut kelahiran nabi Muhammad SAW)serang ini sering mengadakan acara-acar besar
yang bersifat materi,seperi membuat mobil yang bahannya itu dari MIE,uang,makan
ringn dan lain sebagainya,dan itu kalo di jadikan uang bisa jadi hamper Rp
5000.000 lebih,memang tidak semua tapi semua orang ingin seperti itu,karna mereka
mengingkan keberkahan dengan mengadakan acara tersebut.dan itu selalu di arak
di setiap tahunnya,akan tetapi bagi yang tidak mampu hanya membagikan
beras,telur dan mie mentah saja kepada warga sekitarnya.”ucap salah satu warga
ciceri indah,pedagang nasi uduk.
Warga itu pun melanjutkan cerita dulu dengan sekarang
yang di cicero indah“yang prihatin itu dulu,ketika masih belum bnyak warga yang
menetap di cicero ini,dulu warga di ciceri merayakannya dengan makan-makn di
masjid,sampe masjid pun penuhdengan nasi bukan dengan orang,dan itu ketika
masih ada,di bagikan lagi kepada warga di sekitarnya walaupun udah,dan itu
makanan yang sudah matang.tapi karna ada kejadian yang erebut tempat untuk
dapat diuduk di masjid sehingga,ada yang sampai keijak-injak karna saling
berebut makanan,lalu ada salah seorang yang ketika peryaan datang kembali,dia
hanya membagikan mentahnya saja agar tidak terulang yang demikian,awal memang
ada cemoohan,tapi seiring berjalannya waktu sampai sekarang warga di ciceri
indah ini membuat bingkisan yang mentah bukan yang sudah matang.” Dan “dulu itu
ciceri indah ada acara apapun selalu mengadakan masakan dan siapapun di undang
untuk menghadiri dan sekaligus makan di tempat,tapi setelah sekarang-skarang
masyarakat ciceri indah ini makan itu di bungkus an di bawa pulang kerumah
masing-masing dan itu pun kadang-kadang hanya keluarganya saja yang merayakan
dan makan pun terbatas membuatnya,hanya beberapa saja yang penting ada buat
sebagian warga,mungkin ekonomi itu sendiri yang membuat kaya gitu”sebuah kisah
ibu kost saya menegaskan kebiasaan di cicero indah ini.
Ketika saya meninjau yang di citorek,itu jauh berbeda
sekali,mulai dari perayaannya yang tidak mengarak-arak apa yang di buatnya,tapi
hanya sekedar ada acara ceramah dari ulama yang di sekitar kampung itu
sendiri.dan di citorek pun ketka ada peryaan dalam satu kampung hamper semua
hadir walaupun ada beberapa dan mungkin paktor ada nya ketidak enakan perasaan
terhadap yang lainnya.
Sebenarnya,mungkin di cicero indah ini karna udah banyaknya
warga sehingga kurangnya suatu kebersamaan keseluruhannya,di cotorek mungkin
agak sedikit kompak dalam masyarakat karna masih sedikitnya penduduk di
sana,beda dengan cicero yang udah begitu banyak warga yang menetap.akan tetapi
yang saya lihat di cicero indah ini masalah dalam solat,di cicero indah agak
sedikit banyak yang berjamaah di masjid sehingga kebersamaan itu sendiri terasa
dalam berjamaah bukan hanya dalam sosialnya saja.dan bisa di bilang tidak
sia-sia mereka mendirikan masjid dan mungkin kesadaran mereka terhadap s esuatu
yang menyebabkanya ya karna mereka sibuk hanya dengan pekerjaan yang sedikit
ringan ketimbang nyangkul di sawah sehingga bisa sedikit meluangkan waktu untuk
berjamaah.beda hal dengan citorek yang masjid penuh hanya pada jum’atan,tapi
tidak sedemikian pula saya beranggapan masyarakat citorek tidak sadar akan
pentingnya berjamaah,bisa jadi mereka sedang sibuk di sawah masing-masing yang
berjarak jauh dari kampung untuk kebutuhan hidup mereka sendiri pula yang
mengakibatkan tidak bisa solat berjamaah.dan memang kebanyakan orang citorek
petani sehingga mereka harus berangkat pagi dan pulang magrib.
Lalu,ketika orang kampung ingin hidup di dataran
kota,mungkin karna ketidak sadaran mereka terhadap bagaimana kehidupan di kota
yang begitu kejam.dan ketika salah satu ingin hidup dalm situasi kampung karna
mereka sadar akan kehidupan dan perbedaan yang terdapat di kota sendiri.
Dan sebenarnya kalo
menurut saya pribadi di manapun kita hidup tergantung kita nya senidiri
menjalaninya,bagai mana kita akan berperan dalam suatu kelompok
social(masyarakat itu sendiri)
Komentar
Posting Komentar