Pemaparan Perasaan



Hari ini aku sedikit melakukan aktivitas kegiatan, hari-hariku semakin menjadi tidak produktif seperti ketika aku merasakan kebebasan atas belenggu nurani dan fikiran. Hari ini aku mencoba menghindar dari lingkungan yang selalu ingin mengarahkanku dengan suatu hal yang sebenarnya sama sekali tidak aku inginkan. Posisiku saat ini menjadi sangat bias berantakan di dalam lingkunganku. Humanisme yang pernah aku jadikan sebagai sandaran kini berubah menjadi suatu binatang yang buas dan menjadi sangat mengerikan bagiku. Aku merasa terdesak-desak oleh lingkungan yang mencoba menusukku secara perlahan.
Kegiatan-kegiatanku yang seharusnya kujalani dengan senag hati tiba-tiba berubah seketika menjadi bentuk kegelisahan. Terlalu banyaknya tusukan-tusukan yang kuterima membuatku menjadi semakin lemah bagaikan manusia yang sudah kehilangan banyak darahnya. Aku memerlukan donor darah sebagai inpus spirit untuk dapat kembali melakukan aktifitasku yang aku anggap sebagai kegiatan yang produktif. Naïf apabila aku terlalu banyak melontarkan kata-kata manisku dalam kegiatan keseharianku demi memberikan suatu kesenangan tersendiri untuk diriku sendiri, aku terlalu naïf untuk diriku sendiri.
Ingin kucukupkan diriku untuk menyudahi hal ini, kemuakkanku tidak mampu aku ungkapkan melaului kata-kata suci didepan mereka yang beramai-ramai menusukku. Aku cukup lemah untuk menghadapi semua ini, banyak pergolakan yang terjadi antara nurani dan fikiran akibat lingkunganku yang sebenarnya didesain aktif oleh para penghuni lingkungan yang saat ini sedang saya huni. Aku tidak cukup memiliki makna untuk para penghuni-penghuni tersebut. Gejala ini susah untuk dijelaskan dan mungkin keaadanku saat ini masih banyak yang belum aku sampaikan karena aku tidak terlalu pintar untuk dapat menjelaskan suatu hal yang kualami.
Aku buruk ! aku merasa saat ini semakin hari semakin buruk untuk beradaptasi dilingkunganku, aku beradaptasi bukan karena aku penghuni baru di lingkungan yang saat ini aku huni, tetapi aku beradaptasi karena banyaknya para penghuni lingkunganku yang semakin keras denganku, keras dengan segala kepentingan untuk dapat menyingkirkanku yang sebenarnya aku tidak mau untuk menyingkir sebagai penghuni yang produktif. Dengan perlahan aku dibelenggu melalui cibiran, makian, dll. Rasanya aku bukan siapa-siapa, dan aku mencoba untuk merefleksikan diri untuk dapat membunuh rasa nurani dan fikiran yang membuatku beranggapan seperti demikian, tapi aku cukup lemah untuk semua itu, aku cukup bodoh karena mau saja diperlakukan sedemikian rupa hingga aku tidak memiliki makna apapun di dalam lingkunganku sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teknologi Sebagai Pendekatan Pendidikan

BUDAYA DI BANTEN

Observasi banten lama