TEKNOLOGI SEBAGAI PENDEKATAN PENDIDIKAN
TEKNOLOGI SEBAGAI PENDEKATAN DALAM
PROBLEM PENDIDIKAN
PROBLEMATIKA
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN DAN CARA MENGATASINYA
A. Fungsi pembelajaran
Fungsi pembelajaran bukan hanya fungsi
guru, melainkan juga fungsi pemanfaatan sumber-sumber belajar lain yang
digunakan oleh siswa untuk belajar sendiri. Untuk istilah teknologi
pembelajaran sering digunakan secara bergantian dengan istilah teknologi
pendidikan. Namun pada perkembangannya
pada saat ini lebih menunjukkan digunakannya istilah “teknologi pembelajaran”
secara luas oleh kalangan profesi yang bergerak di bidang tersebut. Konsep
teknologi pembelajaran mutakhir dapat dilihat dalam definisi yang dikeluarkan
oleh Association for Educational
Communications and Technology (AECT) “Teknologi Pembelajaran adalah teori dan
praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian proses
dan sumber untuk belajar” Jika
dianalisis komponen definisi Teknologi Pembelajaran menurut AECT 1994 terdiri
dari:
1. Teori dan praktek;
2. Desain, pengembangan, pemanfaatan,
pengelolaan, dan evaluasi
3. Proses dan sumber belajar.
Misi utama Teknologi Pembelajaran adalah
membantu, memicu dan memacu, proses belajar, serta memberikan kemudahan atau
fasilitas belajar. Pemberian fasilitas belajar tersebut dilaksanakan dengan
jalan mendesain, mengembangkan, memanfaatkan, mengelola, dan mengevaluasi
proses dan sumber belajar. Namun sangat sulit untuk mengembangkan teknologi
pembelajaran dikarenakan adanya beberapa factor diataranya :
Berdasarkan factor internal :
·
Dana
yang tersedia belum mencukupi untuk melengkapi semua fasilitas yang diperlukan.
·
Perbedaan
keterampilan pihak guru dalam memanfaatkan kemajuan produk teknologi
pendidikan. Jika seorang guru belum memiliki keterampilan dalam menguasai
teknologi, maka proses pembelajaran dengan system teknologi pendidikan tidak
akan bisa berjalan dengan lancar.
·
Faktor lain karena kurikulum pendidikan guru
yang belum memasukan ICT (
information Communication Technology) sebagai bagian dalam proses
pembelajaran, tidak mau mengikuti perubahan dan rasa takut terhadap teknologi
informasi.
Berdasarkan factor eksternal:
·
Kondisi
daerah atau wilayah. Kondisi geografis, ekonomis, demografis dan budaya negara
kita berbeda-beda atau bervariasi. Perbedaan tersebut membawa perbedaan seperti
keterbatasan dalam sumber daya manusia, sumber daya non manusia, infrastruktur
teknologi komunikasi, mobilitas tenaga ahli komunikasi.
·
Pasokan
tenaga listrik, kurangnya dana untuk pengembangan teknologi pembelajaran.
Budaya masyarakat yang kaya dengan sumber dana berbeda dengan masyarakat yang
kekurangan dana. Di satu pihak masyarakat yang kaya begitu cepat dapat
memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi, di pihak lain masyarakat yang
kurang mampu masih berkutat dengan teknologi kuno. Kondisi tersebut menjadi
tantangan untuk mencari strategi yang setepat-tepatnya untuk menerapkan
Teknologi Pembelajaran.
Menurut Suyanto (2006:
15-16) era globalisasi pada saat ini mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap pola pembelajaran yang mampu memberdayakan para peserta didik.
Tuntutan global telah mengubah paradigma pembelajaran dari paradigma
pembelajaran lama ke paradigma pembelajaran baru. Suyanto menggambarkan paradigma
pembelajaran sebagai berpusat pada guru, menggunakan media tunggal, berlangsung
secara terisolasi, interaksi guru-murid berupa pemberian informasi dan
pengajaran berbasis factual atau pengetahuan.
Paulo Freire (2002: 51-52) menyebut strategi pembelajaran tradisional ini sebagai strategi pelajaran dalam “gaya bank” (banking concept). Di pihak lain strategi pembelajaran baru digambarkan oleh Suyanto sebagai berikut: berpusat pada murid, menggunakan banyak media, berlangsung dalam bentuk kerja sama atau secara kolaboratif, interaksi guru-murid berupa pertukaran informasi dan menekankan pada pemikiran kritis serta pembuatan keputusan yang didukung dengan informasi yang kaya. Model pembelajaran baru ini disebut oleh Paulo Freire (2000: 61) sebagai strategi pembelajaran “hadap masalah” (problem posing).
Paulo Freire (2002: 51-52) menyebut strategi pembelajaran tradisional ini sebagai strategi pelajaran dalam “gaya bank” (banking concept). Di pihak lain strategi pembelajaran baru digambarkan oleh Suyanto sebagai berikut: berpusat pada murid, menggunakan banyak media, berlangsung dalam bentuk kerja sama atau secara kolaboratif, interaksi guru-murid berupa pertukaran informasi dan menekankan pada pemikiran kritis serta pembuatan keputusan yang didukung dengan informasi yang kaya. Model pembelajaran baru ini disebut oleh Paulo Freire (2000: 61) sebagai strategi pembelajaran “hadap masalah” (problem posing).
Selain itu park dalam jonassen
(1996: 666) mengungkapkan bahwa pendidikan yang menggunakan paradigma lama
dilaksanakan berdasarkan asumsi-asumsi berikut ini : a). Pendidik mentrasfer
pembelajaran secara mudah dengan mempelajari konsep abstrak dan adakalanya konsep yang disampaikan tidak
berhubungan dengan konteksnya. b). Murid merupakan penerima pengetahuan. c).
Peserta didik dalam keadaan kosong yang siap diisi dengan pengetahuan.dengan
berpegang pada asumsi bahwa murid sebagai pihak penerima pengetahuan, maka guru
memberi pengetahuan sebanya banyaknya dan hanya bersumber dari sumber-sumber
yang diajarkan oleh guru. Seringkali siswa hanya merangkum pelajaran yang di
fotocopy atau mencatat apa yg di tulis di papan tulis.
Bergesernya ke arah paradigma
baru dalam pendidikan diperoleh beberapa asumsi yang berkembang dalam konsep
dan praksis pendidikan : a). Pendidik akan mengalami kesulitan mentrasfer bahan
ajar manakala kurang memperhatikan karateristik siswa, bahan ajar, dan
faktor-faktor yang berkaitan dalam proses pembelajaran. b). Siswa menjadi fokus
utama dalam pendidikan dan berfungsi sebagai konstruktor pengetahuan yang aktif
Meskipun dalam aspirasinya, sebagaimana dikemukakan di atas,
saat ini terdapat tuntutan pergeseran paradigma pembelajaran lama ke arah model baru, namun
kenyataannya menunjukkan praktek pembelajaran lebih banyak menerapkan strategi
pembelajaran tradisional dari pembelajaran baru (Idrus, 1997: 79). Hal ini
agaknya berkaitan erat dengan rendahnya professionalisme guru.
B. Solusi Dalam Problem Pendidikan
Ada
pendapat yang menyatakan bahwa guru, sebagaimana siswa, hanya mau mempelajari
keterampilan baru apabila ada tuntutan kebutuhan untuk itu. Mereka tidak mau
mengikuti inovasi teknologi bila teknologi tersebut tidak sesuai dengan masalah-masalah
yang dihadapi dalam rangka melaksanakan tugas mereka, sedikitnya paket
pembelajaran yang ada di pasaran yang sesuai dengan kebutuhan setempat, dan
keterbatasan sumber dana untuk pengembangan dan pemanfaatan produk teknologi
pendidikan. Supaya Teknologi Pembelajaran dapat bermanfaat secara optimal dalam
meningkatkan kualitas dan produktivitas pembelajaran, perlu diterapkan strategi
sesuai konsep dan prinsip Teknologi Pembelajaran.
Ø Ada 4 langkah yang terperinci meliputi :
1. desain,
2. pengembangan,
3. pemanfaatan,
4. pengelolaan,
5. evaluasi.
Hal
ini untuk pengembangan yang dikembangkan adalah pengembangan kurikulum dan
pengembangan sumber daya manusia (SDM). Untuk mengetahui keberhasilan atau
kegagalan penerapan strategi pemecahan masalah-masalah dalam penerapan konsep
Teknologi Pembelajaran perlu disiapkan rencana evaluasi dan monitoring. Hasil
dari evaluasi digunakan untuk memberikan tindak lanjut berupa perbaikan jika
terjadi kegagalan, dan penyebarluasan jika hasilnya sesuai dengan yang
diharapkan.
pengajaran yang efektif menitikberatkan
pada pembuatan
aktivitas belajar siswa semaksimal
mungkin. Guru harus selalu berusaha
menfasilitasi atau menciptakan kondisi yang kondusif agar siswa dapat belajar
secara aktif atas kesadaran dan kemauannya sendiri. Untuk
menunjang proses pembelajaran yang efektif maka teknologi pendidikan sangat
diperlukan karena dalam prakteknya teknologi pendidikan mempunyai peranan yang besar dalam dunia pembelajaran modern, maka
dalam pembelajaran yang baik dalam konteks teknologi pendidikan, media atau
alat pembelajaran memiliki nilai manfaat bagi guru maupun murid karena cukup
efektif dan efisien dalam upaya pencapaian kompetensi yang diharapkan. Media
atau alat-alat pembelajaran tersebut seperti radio, televisi, laptop, internet,
LCD dan lainnya baik yang bersifat sederhana maupun modern sangat membantu
keefektifan proses pembelajaran.
Dalam proses / konsep teknologi
pendidikan, tugas media atau alat bukan hanya sekedar mengkomunikasikan
hubungan antara sumber (pengajar) dan sipenerima (si anak didik), namun lebih
dari itu merupakan bagian yang menyeluruh
dan saling mempunyai keterkaitan antara komponen yang satu dengan yang lainnya,
saling berinteraksi dan saling mempengaruhi.
Dari uraian diatas presiden memaparkan beberapa langkah
yang akan dilakukan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia, antara lain yaitu:
1)
Langkah pertama, yang akan
dilakukan pemerintah, yakni meningkatkan akses terhadap masyarakat untuk bisa
menikmati pendidikan di Indonesia. Tolak ukurnya dari angka partisipasi.
2)
Langkah kedua, menghilangkan
ketidakmerataan dalam akses pendidikan, seperti ketidakmerataan di desa dan
kota, serta jender.
3)
Langkah ketiga, meningkatkan mutu
pendidikan dengan meningkatkan kualifikasi guru dan dosen, serta meningkatkan
nilai rata-rata kelulusan dalam ujian nasional.
4)
Langkah keempat, pemerintah akan
menambah jumlah jenis pendidikan di bidang kompetensi atau profesi sekolah
kejuruan. Untuk menyiapkan tenaga siap pakai yang dibutuhkan.
5)
Langkah kelima, pemerintah berencana
membangun infrastruktur seperti menambah jumlah komputer dan perpustakaan di
sekolah-sekolah.
6)
Langkah keenam, pemerintah juga
meningkatkan anggaran pendidikan. Untuk tahun ini dianggarkan Rp 44 triliun.
7)
Langkah ketujuh, adalah penggunaan
teknologi informasi dalam aplikasi pendidikan.
8)
Langkah terakhir, pembiayaan bagi
masyarakat miskin untuk bisa menikmati fasilitas penddikan.
Kesimpulan
Agar
dapat memanfaatkan keunggulan yang dimiliki Teknologi Pembelajaran, perlu
diterapkan secara tersusun strategi pemecahan masalah yang berkenaan dengan
materi pelajaran atau kurikulum, personalia (guru, siswa, tenaga kependidikan),
pengelolaan, organisasi, dan lingkungan. Serta dalam penerapannya perlu
diselaraskan dengan misi, fungsi, konsep dan prinsip Teknologi Pembelajaran
yang meliputi desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan evaluasi
terhadap proses dan sumber untuk belajar.
Teknologi pendidikan sebagai sebuah
pendekatan dalam problem pendidikan memiliki arti bahwasanya teknologi sangat berperan
dalam memecahkan permasalahan-permasalahan pendidikan seperti fundamen,
kompetensi guru, anggaran dan sarana pendidikan melalui berbagai proses dan
pengaplikasiannya.
DAFTAR PUSTAKA
·
Prof.Dr.ishak abdulhak, M.pd dan Dr.
Deni darmawan, S.pd., M.Si (2013). teknologi pendidikan . PT REMAJA ROSDAKARYA
Komentar
Posting Komentar